Sebelum matahari menyapa dengan sinarnya yang menyengat. Seungmin sudah bangun untuk berlomba dan mendahului sang mentari. Ia sudah sibuk dengan agenda rutin seperti memasak untuk sarapan sebelum mengantar anak-anaknya sekolah. Dan melanjutkan aktivitasnya di toko buku.
Waktu berlalu meninggalkan kenangan manis. Anak-anaknya sudah semakin besar tanpa satupun terlewat bagi Seungmin untuk mengamati.
"Morning.." Seungmin selalu suka bagaimana cara suami dan anak-anaknya menyapa disaat pagi. Kecupan ringan di pipi dengan seulas senyum sebagai bekal sepanjang hari.
Seungmin terus mengaduk adonan pancake nya. Tidak lupa menata 3 gelas dan 1 cangkir. 2 gelas untuk susu anak-anaknya, 1 gelas air hangat untuk dirinya sendiri, dan 1 cangkir kopi untuk sang raja, Hwang Hyunjin.
Seungmin ingin selalu awet muda, dan sehat. Resep dari Baekhyun selalu diingat. Jika setiap pagi ia harus meminum air hangat sebagai penangkal keriput. Seungmin rasa itu salah, karena resep anti keriput yang sesungguhnya adalah bahagia. Jika bahagia sudah melingkupi hati, maka rasa damai akan menciptakan sugesti bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan lagi.
Dan sumber kebahagiaan Seungmin adalah keluarganya. Suami tampannya serta sepasang merpati lucu yang terkadang menyebalkan jika mereka rewel secara bersamaan.
"Mom.. Baju seragamku mana ?" Seungmin menghentikan kegiatannya untuk menoleh pada anak gadisnya yang kini sudah berusia 12 tahun.
"Seragam mu kemarin 'kan baru ?" cengiran Jihyun membuat perasaan Seungmin berubah menjadi was-was.
"Kotor.. Aku kemarin berkelahi dengan kakak kelas laki-laki yang mengganggu teman ku." setahunya ia bahkan tidak pernah mengajarkan Jihyun untuk berbicara lantang. Lantas bagaimana awal mulanya hingga gadis yang seharusnya berjalan anggun, malah berakhir adu pukul dengan lelaki yang sama sekali bukan tandingannya.
"Berkelahi ? Jamie berhenti bersikap seperti lelaki. Kau ini perempuan."
"Oppa bilang kita harus membela yang lemah mom." Seungmin memutar bola matanya saat mengingat sesuatu. Bahwa terbentuknya sikap tomboy Jihyun, adalah campur tangan anak sulungnya.
"Dengar.. Menghajar orang lain bukan solusi. Kau ingin mom di panggil kepala sekolahmu lagi ?" Jihyun menggeleng dengan bibir yang digigit. Terakhir kali saat ibunya mendapat surat panggilan kepala sekolah karena kasus yang sama. Akibatnya ia harus berhenti jajan karena Hyunjin membekukan fasilitas uang jajannya.
"Mom.. Jangan keras-keras. Nanti dad dengar." Jihyun berlari kecil guna membekap bibir tipis ibunya. Takut-takut jika Hyunjin datang dan terulang kembali kejadian dimana ia harus berpuasa karena uang jajan yang di pangkas.
"Cepat mandi, bangunkan oppa dan daddymu dulu."
"Oppa jadi berangkat ke Jepang ?" ah ya.. Jepang. Hanya tinggal menghitung minggu untuk Jeongin pergi merantau memenuhi perintah Hyunjin. Entah mengapa suaminya itu memilih Jepang sebagai satu-satunya tempat yang dianggap memiliki standar pendidikan terbaik.
Ujian akhir sudah selesai, hanya menunggu pengumuman nilai dan lulus. Seungmin sedih tentu saja jika mengingat itu. Sebelum ada keputusan final, ia berharap jika Hyunjin akan berubah fikiran dan membiarkan Eunsang melanjutkan pendidikannya di Korea saja.
"Mom belum berhasil merayu daddy untuk pembatalan." Jihyun berubah sendu. Hari-harinya pasti akan sepi. Tidak ada musuh, teman bermain, sekaligus sahabat. 4 tahun di Jepang sungguh waktu yang lama.
"Kenapa bibirmu dimajukan begitu ?" Seungmin mencubit gemas bibir anaknya yang sekarang justru mirip seperti bebek karet di dalam kamar mandi.
"Pasti sepi jika oppa di Jepang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me To The Begining (Hyunmin Ver)
Fanfiction"Aku tidak mau menikah denganmu dasar dower" -Seungmin "Aku juga tidak mau menikah denganmu dasar mong" -Hyunjin