Jangan lupa votmen yaaa..
Rasanya masih sangat asing dan canggung sekali. Setelah 2 bulan tanpa kebersamaan. Seungmin rasa situasi seperti ini sama konyolnya dengan awal-awal rumah tangga mereka dulu. Diliriknya Hyunjin yang sibuk dengan ponselnya. Bermain game bersama Jeongin dalam pangkuan.
Mereka masih berada di rumah orangtua Seungmin karena besok Jeongin dan kakek-nenek nya memiliki jadwal rutin. Senam di taman kota, pagi hari bersama puluhan orang lain yang menikmati hari liburnya.
"Biar aku yang memainkan sendiri." Jeongin merebut ponsel Hyunjin, karena sedari tadi tangannya mulai gatal untuk segera menari di atas benda canggih itu.
"Jangan sampai kalah atau point kita akan berkurang." Hyunjin mewanti-wanti Jeongin tanpa melepas pandangannya pada layar.
Seungmin menutup buku yang dibaca dengan satu tarikan nafas berat. Suara nafasnya membuat Hyunjin mendongak dan menatapnya.
"Lelah ?" Seungmin hanya mengangguk sekali.
"Punggungku sering pegal dan tidak bisa duduk terlalu lama sekarang." Hyunjin mengangkat tubuh Jeongin dan mendudukkan sendiri ke sisi sofa yang masih kosong. Lantas ia berpindah untuk duduk di samping istrinya.
"Biar ku pijat." bahkan sentuhan Hyunjin juga terasa asing. Seungmin sedikit berjingkat saat tangan Hyunjin menelusuri pundaknya dan memberi sedikit pijatan disana.
"Ayenie.. Setengah jam lagi sudah masuk jam tidur." Seungmin memperingati anaknya yang tampak serius bersama ponsel milik Hyunjin. Memang Seungmin sangat protektif untuk urusan anaknya. Jeongin hanya boleh bermain ponsel pada hari sabtu dan minggu. Dan tidur selambat-lambatnya pukul 9 malam.
"Tapi ini hari sabtu mom.." Jeongin yang hampir berusia 7 tahun rasanya semakin cerewet dengan melontarkan banyak protes saat ada suatu hal atau peraturan yang tidak sesuai keinginannya.
"Kenapa kalau ini sabtu ?" Jeongin hanya menggeleng lemah. Melanjutkan acara bermainnya sambil menunggu jam tidur datang.
"Aku tidur dengan nenek dan kakek mom."
Hyunjin terus memijat pundak istrinya. Rasanya sudah sangat lama mereka bertiga tidak menghabiskan waktu bersama seperti ini. Hyunjin sangat senang tentu saja, dia merasa kembali hidup. Karena alasan hidupnya telah kembali. Tugasnya sekarang hanya menghilangkan canggung saja.
"Apa baby rewel selama 3 bulan ini ?" Seungmin hanya mengangguk pelan.
"Aku sangat lemah untuk kehamilan ini." Hyunjin mengangguk meskipun tau jika Seungmin tidak dapat melihat.
"Seungmin…" Seungmin menoleh sedikit sebagai tanda jika ia merespon panggilan Hyunjin.
"A-aku.." Hyunjin menggigit bibirnya. Ragu akan kalimat selanjutnya yang ingin di katakan.
"Kenapa ?"
"Tentang perusahaanku di Singapura." Seungmin memang sudah memaafkan Hyunjin. Tapi pengangkatan topik tentang pekerjaan atau perusahaan Hyunjin membawa trauma tersendiri untuknya.
"Hyunjin aku ingin tidur. Ayo Ayen.. Biar mom antar ke kamar kakek dan nenek." Seungmin masih memanggilnya Hyunjin bukannya Jinnie itu membuat Hyunjin mendesah lelah. Menyadari kebodohannya yang berikutnya.
Rasanya sudah lama sejak terakhir kali ia harus berada seorang diri di ranjang yang dingin. Hyunjin tersenyum senang hingga menampakkan gigi rapinya. Saat menghirup aroma menenangkan milik Seungmin. Istrinya yang cerewet itu sudah berada dalam pelukannya dan Hyunjin tidak akan melepas lagi.
"Ehmm.. Seungmin ?" Seungmin mendongak dan mengurungkan niatnya untuk memejamkan mata.
"Apa kau hamil denganku ?" Seungmin sudah bersiap menarik telinga Hyunjin tapi segera di tepis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me To The Begining (Hyunmin Ver)
Fanfictie"Aku tidak mau menikah denganmu dasar dower" -Seungmin "Aku juga tidak mau menikah denganmu dasar mong" -Hyunjin