Hyunjin berbalik, melepas cengkeraman tangan Seungmin pada kerah belakangnya. Memandang dengan khawatir, karena istrinya itu merunduk sedikit kesakitan.
"Kenapa ? Ayo kita masuk lagi ke ruang obgyn." Seungmin hanya menggeleng. Mencoba menegakkan posisi berdirinya.
"Aku…" bibirnya digigit, membuat Hyunjin semakin dilanda was-was.
"Aku lapar…" cengiran lebarnya hampir membuat Hyunjin terjungkang. Seungmin memang tidak dapat di prediksi. Dan jangan lupakan hobinya yang gemar membuat Hyunjin terkena serangan jantung.
Seungmin memang tidak bisa memakan nasi selama kehamilannya ini. Itu terhitung sejak usia kandungannya 5 minggu. Selama tahap jeda dengan Hyunjin, Seungmin memang terlihat normal dan memakan dengan khidmat. Namun setelah itu ia akan memuntahkan seluruh isi perutnya diam-diam, tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Hyunjin hanya menopang dagu melihat Seungmin sudah menghabiskan 1 piring omelete dan 1 piring pasta. Apapun makanannya asalkan dapat di terima dengan baik, tak masalah.
"Jinie hyung… Kita jemput Ayenie ya ?" Hyunjin mengangkat sebelah alisnya, masih tetap bertopang dagu. Setaunya anak sulungnya itu ingin menginap di rumah orang tua Hyunjin. Dia pasti akan rewel jika secara tiba-tiba mereka datang menjemput.
"Dia pasti rewel jika kita menjemput tiba-tiba." Seungmin meletakkan garpu nya. Mengambil selembar tissue untuk membersihkan bibirnya yang mungkin ternoda saus.
"Tapi aku rindu… sehari rasanya lama sekali jika tidak melihat dia." Seungmin mengambil ponsel dalam tasnya. Membuka galeri foto dengan folder khusus foto Jeongin.
"Lihat… Dia tampan kan ? Sudah besar." Seungmin menggeser layarnya untuk menunjukkan foto Jeongin lebih banyak lagi pada Hyunjin.
"Kalian sangat dekat. Aku iri." Hyunjin bergumam pelan dan jujur. Tentang kedekatan Seungmin dan Jeongin. Ia benar iri, karena anak lelakinya itu tidak melakukan hal yang sama jika dengannya.
"Jinie hyung.. Itu karena kami sering menghabiskan waktu bersama. Dia juga menyayangimu, sangat. Tapi lagi-lagi karena waktu." Seungmin menggenggam tangan Hyunjin untuk meyakinkan jika Jeongin masih tetap menyayanginya. Tidak pernah berubah.
"Ayo kita jemput dia." Seungmin mengangguk sebelum akhirnya tersenyum dan mengelus lembut perut buncitnya.
Pesta barbeque adalah usulan Seungmin untuk akhir pekan ini. Panggangan dan segala macam keperluan sudah berjajar rapi di taman belakang rumah mereka. Taman itu kecil, tapi tampak nyaman dengan sentuhan tangan Seungmin. Banyak tumbuhan, tapi tidak terkesan rimbun. Rumput nya di atur dengan panjang sejajar. Hingga empuk saat di pijak, tapi tidak mengganggu langkah.
"Daddy sosis ku jangan di makan."
"Daging dad juga kau makan Ayenie."
Seungmin memijit pelipisnya hati-hati. Langkahnya mulai sedikit kesulitan karena usia kandungannya sudah memasuki bulan ke 8.
"Pelit sekali…" jawab lelaki yang lebih muda.
"Dad tidak pelit, ini masih di panggang lagi." Seungmin tiba-tiba terserang pusing saat dua lelaki tampan kesayangannya sedang sibuk berdebat tentang daging dan sosis. Entah itu saling berebut. Atau bahkan saling tuduh karena saus yang di berikan terlalu banyak.
Si ibu hamil hanya duduk di salah satu kursi kayu panjang di pinggir taman. Membaca buku panduan tentang pola asuh anak. Ia mengernyit sesekali. Dan menjatuhkan fokusnya pada lembar yang menunjukkan tentang cara mengasuh bayi perempuan. Perutnya di elus lagi, terus membaca dalam hati. Tiba-tiba senyumnya terukir manis saat membayangkan betapa lucunya jika memang Tuhan memberi bayi perempuan kelak. Cantik, matanya sipit seperti Hyunjin. Kulitnya lembut dan putih bersih sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take Me To The Begining (Hyunmin Ver)
Fanfiction"Aku tidak mau menikah denganmu dasar dower" -Seungmin "Aku juga tidak mau menikah denganmu dasar mong" -Hyunjin