Chapter 12 : Sayup-sayup

1.6K 204 9
                                    

Hari ini Jeno kembali bersekolah setelah beberapa hari kemarin keadaannya mengharuskan ia beristirahat di rumah sakit. Nathan dan Jeffrey beberapa kali memintanya beristirahat di rumah hari ini, namun Jeno menolak.

Senyumnya mengembang begitu kakinya melangkah menuju meja makan. Sehun, Jeffrey dan Nathan sudah duduk manis menunggunya disana.

Ia dengan semangat duduk di samping Nathan yang memasang wajah sebal kearahnya. Nathan memang sedikit kesal karena Jeno mengabaikan permintaannya semalam.

"Nana?" panggil Jeno dengan wajah polosnya. Namun Nathan memalingkan wajah. Ia berniat merajuk pada Jeno seharian ini.

Jeno mempoutkan bibirnya,

"Nana~!"

Namun Nathan masih teguh pada pendiriannya.

"Papa~"

"Abang~"

"Nana nyuekin Jeno~"

Adu Jeno pada Sehun dan Jeffrey yang hanya bisa menggelengkan kepala menatap keduanya.

"Ck! Ngadu!" omel Nathan.

"Ishh Nana nyebelin!"

"Lo lebih nyebelin!"

"Ihh kok Nana nyalahin Jeno! Nana yang nyuekin Jeno kok!"

"Ya lu gak dengerin omongan gue gimana gue gak sebel sama lo!"

"Apasih? Jeno gak dengerin apa?"

"Gue bilang sekolahnya besok aja tapi lu gak dengerin gue kan?!"

"Kan Jeno udah bilang Jeno baik-baik aja!"

"Ngomong noh sama yang kemaren baru keluar ICU!"

Jeno terdiam sekarang. Ia tak bisa membela diri lagi.

Sehun menatap Nathan dan Jeno bergantian. Ia memang sengaja membiarkan keduanya saling berkata jujur dengan beradu mulut seperti itu. Ia memang khawatir pada kondisi Jeno yang memang mengharuskan emosinya terjaga, namun terkadang Jeno juga harus mengerti, bahwa ada orang yang lebih sakit saat ia sakit.

Bukan Sehun bermaksud keras pada Jeno. Ia hanya ingin Jeno tak menyepelekan kondisinya.

Begitupun dengan Nathan. Sehun tak membenarkan sikap Nathan dan juga ucapan kasar Nathan pada Jeno barusan. Bagaimanapun Jeno itu kakaknya Nathan. Ia hanya membiarkan Nathan mengeluarkan emosinya dulu. Menahan emosi lama kelamaan akan menjadi penyakit di dalam hati.

"Udah lega Na? Masih ada yang mau di keluarin ke bang Jeno?"

Nafas Nathan yang semula masih memburu karena emosi mulai tenang. Kemudian ia menggeleng ke arah Sehun yang sedang menatapnya.

"Abang Vano udah tau gimana perasaan adeknya?"

Kali ini Jeno yang menatap Sehun ragu-ragu lalu mengangguk pelan. Sehun menatap lembut kedua putranya yang sedang menundukan kepala.

"Nana, liat Papa sini."

Nathan mengangkat kepalanya ragu, lalu menatap Sehun dengan tatapan sendu.

"Nana khawatir sama kondisi bang Jeno kan?"

Nathan mengangguk.

"Nana sayang sama bang Jeno?"

Lagi, Nathan menganggukan kepala.

"Sayang banget?"

Nathan mengangguk lagi.

"Papa seneng kalo Nathan sayang sama bang Jeno. Papa juga seneng liat gimana Nathan selalu jagain bang Jeno. Makasih ya Na."

DANDELION (JENO JAEMIN BROTHERSHIP) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang