Kali ini rasanya begitu berbeda ketika Jeno melangkahkan kakinya di area sekolah. Tak seperti biasanya dimana murid-murid lain hanya menatap sekilas lalu pergi, kali ini mereka justru lebih memilih menghentikan langkah mereka untuk menatap penampilan Jeno. Bahkan kali ini Nathan yang biasanya selalu menjadi incaran dari tatapan memuja para gadis yang malah terabaikan.
"Nana.."
"Hm?"
"Mereka liatin abang ya? Emangnya muka abang cemong?"
Nathan yang semula hanya terfokus pada jalan di depannya, menghentikan langkah. Ia mengernyitkan alis kearah Jeno, lalu ia mulai menyeliksik setiap orang yang tertangkap matanya. Dan mereka benar-benar sedang memandangi Jeno.
"Udah jangan di pikirin. Yuk jalan aja ke kelas."
Nathan meraih tangan Jeno lalu menggenggamnya. Namun sekali lagi langkahnya harus terhenti saat seorang wanita berhenti dihadapannya. Nathan menatap datar pada wanita itu.
"kak Jevano ya?"
Jeno tersenyum kikuk saat wanita itu tersenyum padanya.
"I-iya." jawabnya gugup. Bahkan tanpa sadar ia mengeratkan genggamannya pada Nathan.
"Salam kenal kak! Aku Karina!"
Karina mengurkan tangannya kearah Jeno. Namun uluran tangan itu lebih dulu di balas oleh Nathan, Hingga Jeno hanya bisa melongo melihatnya.
"Gue Nathan. Salamannya biar gue wakilin aja. Lo udah tau nama abang gue kan? Selesai." ucap Nathan lalu melepaskan jabatan tangannya.
Semua orang yang melihat kejadian itu hanya melongo, bahkan Karina sendiri.
"Lo ngapain sih? Gue kan mau salamannya sama kak Jevano! Kenapa malah jadi sama lo?!"
"Udah sama aja. Sekarang mending lo minggir."
"Ck! Nathan aneh!"
"Bodo amat! Minggir lo!"
Jeno hanya bisa terdiam pasrah saat Nathan menarik tangannya menuju kelas.
"Kak Jevano! Nanti kita ketemu lagi ya!"
Jeno hanya bisa tersenyum kearah Karina sebagai balasan. Sedangkan Nathan memutar matanya malas.
"Cewek aneh!"
Diam-diam Jeno menahan tawa. Sejak kejadian perdebatan kecil tadi pagi, Nathan sedang dalam mode monsternya jika ada yang mengganggu Jeno. Ah, sampai kapanpun Nathan memang akan selalu menjadi adik kecilnya yang menggemaskan.
Begitu sampai di kelas, Jeno dan Nathan kembali di sambut oleh tatapan dari setiap penghuni kelas.
"Udah biarin aja bang."
Ucap Nathan. Jeno hanya mengangguk meskipun rasa gugup tetap tak bisa ia singkirkan. Bagaimanapun, ini kali pertamanya menjadi pusat perhatian.
"Yo Wassup Mamen!" teriak Haikal, mengundang tatapan maut dari Reno di sampingnya.
"Berisik curut! Masih pagi lu udah teriak aja di kuping gue!"
"Hehehe... Sorry Ren. Sengaja gue."
Plaakk!!
Sebuah tamparan penuh Cinta mendarat di paha Haikal.
"Anjing!!"
"Sorry Kal, Sengaja."
Haikal mendengus sambil mengusap-usap pahanya yang terasa panas. Ia yakin seratus persen jika pahanya memerah.
"Masih pagi lu berdua udah ribut aja. Mending baku hantam sekalian."

KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION (JENO JAEMIN BROTHERSHIP) (END)
Fanfiction"Kami saling terikat. Jika kau bertanya siapa yang paling aku takutkan tentang segalanya, maka aku akan menjawab, kakak ku Jeno dan juga keluarga ku." - Nathan "Berbahagialah. Kau harus menikmati hidup mu, Nana.." - Jevano. Bahasa Baku/Non Baku Ce...