Kevin melihat layar ponsel milik Hyunjin sambil tersenyum geli. Matanya memandang berbinar isi Video yang memperlihatkan kejadian saat Nathan membela Jeno tadi pagi.
"Baru gini aja si Nathan udah meledak."
Hyunjin hanya bisa menggelengkan kepala. Ia tak bisa berbuat banyak jika itu tentang kebencian Kevin pada Nathan.
"Kev, lo serius sama rencana lo? Apa itu gak berlebihan Kev? Urusan lo kan cuman sama Nathan, bukan bang Jeno."
Kevin mendelik. "Lu mau belain mereka?"
"Gue cuma nanya Kev. Gue gak mau lo nyesel ntar."
"Gak bakalan. Lagian si Karina mau-mau aja gue suruh. Gue juga pengen tau, anak idiot kaya Jeno bisa jatuh Cinta gak sih?" Kekehan Kevin di ujung kalimatnya terlihat begitu puas tanpa rasa bersalah.
"Yah, semoga lo gak nyesel nantinya Kev." lirih Hyunjin.
◆◆🥀◆◆
Nathan menghela nafas jengah. Entah kenapa di saat perasaanya begitu tak menentu seperti ini, ia justru harus menghadapi hal lain.
"Pokoknya abang tunggu aja sampe bang Jeff dateng."
Untuk kesekian kalinya Jeno mengangguk. Nathan mengantarkannya sampai di gerbang sekolah, karena Nathan masih harus menjalani hukumannya akibat dari perkelahian dia dengan siswa yang mengejek Jeno tadi pagi.
"Jangan kemana-mana!"
Jeno tersenyum lucu sambil menganggukan kepalanya lagi.
"Iyaa Nanaaa"
Tangan lesu Nathan menggenggam tangan Jeno erat. Entah kenapa perasaanya tak enak, apalagi ini kali pertamanya membiarkan Jeno menunggu di depan gerbang sendirian. Salahnya juga karena terlambat menghubungi Jeffrey.
"Hati-hati bang. Kalo ada yang ganggu abang langsung telpon Nana."
"Eung!"
"Ya udah, Nana masuk lagi ya?"
"Semangat bersihin lapangnya Nana!" ujar Jeno semangat di sertai senyum merkahnya.
"Ck! Seneng banget liat adeknya kena hukum!" dengus Nathan.
"Hehehe.. Kan kapan lagi kamu bersih-bersih Na."
Nathan melotot tak terima "Ihhh ngadi-ngadi lo bang!"
"Makanya setelah ini jangan buat masalah lagi ya Na? Nana harus jadi anak yang baik. Abang sayang Nana"
"Dih tumben banget abang bilang sayang ke Nana? Ada maunya nih pasti"
"Tuhkan!"
Nathan terkekeh begitu melihat Jeno merajuk.
"Bercanda bang. Nana masuk kalo gitu. Hati-hati ya Bang."
"Babay!!"
Nathan tersenyum melihat sang kakak melambaikan tangan dengan lucu.
"Babay bang."
Setelah Nathan hilang dari pandangannya, Jeno mulai berjalan sedikit menepi. Ia mengetuk-ngetukan kakinya pada batu kecil di depannya. Terlihat sangat polos untuk usia anak SMA. Hingga perhatian Nathan teralihkan begitu sebuah mobil berhenti di depannya.
Jeno yang semula setengah menunduk, menegakan kepalanya. Ia memgeryit bingung karena ia merasa familiar dengan mobil di hadapannya ini, namun ia yakin seratus persen jikalau mobil ini bukan milik Jeffrey maupun Papanya.
Jeno terdiam mematung di tempat begitu kaca mobil itu perlahan turun.
"Masuk kamu! Saya perlu bicara sama kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION (JENO JAEMIN BROTHERSHIP) (END)
Fanfiction"Kami saling terikat. Jika kau bertanya siapa yang paling aku takutkan tentang segalanya, maka aku akan menjawab, kakak ku Jeno dan juga keluarga ku." - Nathan "Berbahagialah. Kau harus menikmati hidup mu, Nana.." - Jevano. Bahasa Baku/Non Baku Ce...