Sebelas

36 7 1
                                        

"jadi ini yang mau mondoknya semua?" tanya Abah kepada kelima pemuda tampan yang duduk bersila, yang tengah diintrogasi pak kyai.

"enggak pak kiyai, ini nih cuman temen saya yang ini"elak ranger sembari menyenggol arel yang berada di sisinya.

padahal arel sendiri sedang komat komit membaca mantra keselamatan lahir batin.

Abah hanya tersenyum mendengar penututuran ranger.

" iya pak kiyai,pokoknya temen saya ini kalo bisa tiap hari harus dikasih pencerahan ya..soalnya sifat dakjalnya sering kumat pak" ucap rega dengan santun sekali,yang langsung mendapat pelototan savage dari arel.

"maaf pak kiyai.. tapi memang benar adanya yang dikatakan temen saya" ranger berucap dengan ramah seolah ingin juga menistakan arel di waktu yang seperti ini.

"anjing" umpat arel sembari mencubit pinggang ranger dengan kesalnya.

"Awwss, sakit njir!"

abah sedikit tertawa dengan kepolosan mereka, lebih tepatnya kegoblogan kaum dakjal ini.

ia juga memaklumi sikap mereka yang sedikit kurang sopan.memang anak luar.

" siapa namanya nak?"

"Arel pak kiyai"

"kalo saya boleh tau, orang tua nak arel kemana?kenapa di anter kesininya malah sama temen temennya"

seketika kelimanya terdiam membisu mendengar pertanyaan itu, tidak mungkin juga mereka mengatakan yang sebenarnya.

lagian sih nggak briefing dulu, ribet kan jadinya.

"jawabnya gimana rel?" bisik ranger, mengapa ia yang merasa ketar ketir juga?

"Gak taulah goplog,tanya aja si  roman."bisiknya kembali.

"idih si najis,idih idih najis banget gw liatnya." batin ranger.

siapa yang mau mondok, siapa yang kena imbasnya, mana nggak ada akhlak lagi ni bocah.

ranger segera memberi kode kepada roman.

roman terdiam beberapa saat, hingga sebuah ide muncul di pikirannya.

" o-ouh jadi gini pak kiyai, temen saya ini bandar kenakalan pak.. plus minus akhlak, orang tuanya sudah pusing mengurusi anak ini, malah pernah mau dicoret dari KK,tapi dia bilang mau jadi pribadi yang lebih baik dengan mondok pak.. makannya minta bantuan kita."

abah mengangguk mengerti ia pun segera memanggil armadi di rumahnya dan memintanya memberikan pengarahan pada mereka tentang kehidupan pesantren,soal biaya bulanan,dan lain lain.












"trus sekarang lo mau pulang dulu?"tanya roman kepada arel.

mereka tengah berada di rumah nenek roman, untung rumahnya dekat dengan pondok hanya terhalangi satu rumah.

setelah menyelesaikan pendaftaran mereka izin untuk keluar kepada abah,untuk mengambil barang barang serta peralatan lainnya.

" iya.. gw kangen arsya" ucapnya sembari tersenyum kecil. mengingat adik kecilnya itu

mereka hanya mengagguk mengerti dengan sahabatnya itu.

memang setelah arsya pulang dari aceh, arel lebih banyak waktu dengan arsya dibanding dengan mereka.

" kalian ikut aja ke rumah gw,gw masih butuh bantuan"

mereka sampai dikediaman rumah arel. dan segera memarkirkan motornya dihalaman rumah.

terlihat sekitar 5 mobil terparkir rapih disana.

Arel memiliki firasat buruk tentang ini, namun demi sang adik ia harus menepik firasatnya.

"Anjay... Mobil siapa nih rel? Banyak bener, mana mahal semua lagi. Gal, fotoin gw dong hoho"ucap rega dijawab dengan ketidak sudian dari galih.

"Dah jan banyak bacot, kita masuk semua. Dah lama juga kagak ke rumah si arel"

Ucapan dari roman disetujui oleh mereka semua, dan segera mereka menjaga sikap sopan santun, mereka masih memakai pakaian  yang diberikan syauqi.

Sound habibi terasa terdengar saat mereka melangkah bersejajar dengan slowmotion yang masyaAllah sekali ya maszehhh..

Namun kembali lagi ke topik utama, mereka semua dibuat terkejut saat melihat banyak sekali orang yang berada di ruang tamu.

Terutama seorang wanita yang membuat mereka menahan nafas sesaat saat melihatnya.

Arel menatap datar semua orang disini, terutama sang papa yang terlihat asik bercengkrama dengan orang lain.

"Arel? Kamu ini kemana aja sih? Mama udah telpon kamu berkali kali gak diangkat angkat!"cemberut sang mama.

Namun sayang sekali, sang anak mengabaikannya.

"Kalian semua tunggu gue di atas aja"ucap arel disetujui mereka.

Para balad arel mulai mengeluarkan jurus jutsu mereka, terutama seorang wanita yang melotot saat menyadari ketengilan dari balad arel dengan kedua lengan dibelakang namun ada jari tengah yang menonjol, mengungkapkan ke tidak sukaaan mereka terhadapnya.

"Ooohhh jadi ini arel tuhh, wahh ganteng juga yaa... Mana sholeh lagi pake jubah. Abis dari masjid ya?"tante glora tampak tersenyum bisnis.

memang pihak dari keluarga glora pun ternyata ada.

Semua keluarga arel juga nampak syok saat menyadari baju yang dikenakan arel.

Begitupun balad arel yang menahan tawa di ruang tamu atas saat tak sengaja mendengar kalimat itu, namun sesaat mereka juga sadar bahwa mereka pun sama juga dengan arel masih memakai jubah gamis milik syauqi.

Arel menatap inti dari masalah ini.

"Kenapa lo kesini?."tanya arel dengan dinginnya.

"Arel.. kok kamu ngomongnya gitu sih?"kecewa sang mama.

Glo nampak mengerutkan bibirnya, menampakan dirinya bersedih atas ucapan arel.

"Kamu kenapa sih yang?, kamu nggak suka aku ada di sini? Kita kan mau nikah..masa kamu harus terus terusan kaya gini hah?" Ucapnya seolah ia yang paling tersakiti dengan sikap arel yang seperti itu.

Arel hanya tersenyum miring sebagai tanggapan.

Sedangkan para balad sudah mengumpat kesal dengan tingkah glora yang sok merasa tersakiti itu. Ingin sekali mereka menampol wajah haram itu.

"Gue gak mau ada ikatan ama lo, rencana pernikahan itu bukan gue yang mau. Tapi mungkin kayaknya disini ada yang lebih cocok deh sama lo."ucapan arel membuat mereka kebingungan, apalagi saat tatapan mata arel bertemu dengan seorang lelaki yang sedari tadi tenang damai dengan minumannya.

"K-kamu apaan sih yang!"gugup glo saat menyadari tatapan tajam arel pada orang tersebut.

"AREL!"bentak sang papa akhirnya,ia merasa kecewa dengan sikap arel.

Arel menatap sang papa dengan ekspresi yang sulit diartikan.

" Pa, papa nggak akan ngerti apa masalahnya,walaupun arel jelasin pun mungkin papa nggak akan percaya" ucapnya merasa lelah dengan semuanya.

" Arel nggak punya urusan lagi tentang ini, kalo papa nggak percaya dengan omongan arel, silahkan cari sendiri tentang semuanya " lanjutnya yang langsung pergi begitu saja menyusul teman temannya.

Arsan,papa arel sedikit bingung dengan ucapan arel yang menyiratkan sesuatu.

" udah san biar gw yang nenangin anak lo" ucap arsen,adik dari arsan.
















jangan lupa vote and komennya ya!!!

Mas Santri PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang