Stadion Funchu Minucipal
Seido vs Akikawa
Bunyi langkah kaki (Name) yang bersentuhan dengan lantai terdengar jelas di lorong sunyi itu. Wajar saja, ini adalah lorong yang hampir hanya di lalui orang-orang yang akan bertanding. Dan saat ini, mereka sedang bersiap untuk pertandingan.
(Name) melangkah menuju vending machine dengan pikiran yang tak ada disana. Memikirkan pitcher kelas satu mereka—Furuya—yang keadaannya menghawatirkan.
Dia baru pindah dari Hokkaido yang dingin tahun ini, yang berarti ini adalah musim panas pertamanya di Tokyo. Pasti akan sulit beradaptasi dengan suhu sepanas ini.
Memang sudah diatasi dengan strategi pitcher berantai, apalagi Sawamura akan turun bertanding juga. Namun (Name) berharap agar performa Furuya tidak menurun, sehingga musuh tidak menyadari kelemahan nya.
Ketika jemari (Name) hendak menekan tombol vending machine, jarinya bersentuhan dengan orang lain.
Manik keemasan itu mengerjap tersadar dari lamunannya. Lalu ia menolehkan kepalanya, mendapati sosok laki-laki berambut dan netra hitam, mengenakan seragam baseball Akikawa dengan kacamata di wajah seriusnya.
"... Shunshin?"
"(Name)-san? Sudah lama tidak bertemu, apa kabar?" ucap Shunshin.
"Benar. Yah, seperti yang kamu lihat. Kamu juga sepertinya menikmati kehidupan sekolah di Japang," balas (Name).
Shunshin tersenyum tipis, netranya melirik seragam yang (Name) kenakan; seragam menager tim Seido. "Aku tidak menyangka akan bertemu dengan mu disini, (Name)-san."
(Name) mengerti maksud ucapan ace Akikawa itu. "Aku baru pindah ke Seido tahun ini, mereka merekrut ku. Dan ada alasannya lain aku bersekolah di sini," ujar (Name) sambil memiringkan kepalanya.
Shunshin menekan tombol vending machine. "Bagitu ya, kelihatannya posisi mu cukup penting di tim Seido."
Dua minuman kaleng yang di pilih lelaki bersurai hitam itu keluar dari vending machine. Dia mengambil nya dan menyodorkan salah satu nya kepada (Name). "Kalau begitu, kali ini kita akan menjadi musuh."
(Name) mengangguk singkat, "ya, tentu begitu. Terimakasih, ini aku kembalikan uangnya."
"Tidak perlu, anggap lah itu traktiran dari ku karena sudah manjadi teman yang menyenangkan." Shunshin menolak halus tawaran (Name) tanpa maksud apa apa. Dia sungguh mengghormati (Name) sebagai temannya.
(Name) menyimpan kembali uang yang diambilnya. "Aku senang jika kamu menganggap ku begitu. Tapi, bagaimana aku harus membalas traktiran ini?" Sedari kecil (Name) sudah terbiasa untuk tidak bisa menerima apapun tanpa imbalan, termasuk untuk hal hal sekecil ini.
Shunshin tersenyum penuh arti. "Aku melihat pertandingan kalian kemarin. Sejujurnya aku jadi agak kecewa, aku sudah menantikan akan sehebat apa monster rookie yang menjadi topik hangat akhir-akhir ini." Shunshin menjeda ucapannya sejenak sebelum melanjutkan. "Ternyata tidak sehebat dugaan ku. Control dan pitching nya payah, tidak perlu ku khawatirkan."
Pria itu mengamati terubahan mimik wajah dari gadis didepannya, walau tidak terlalu jelas, terlihat aura (Name) berubah.
(Name) balas mendongak, menatap se-datar biasanya kearah lawan bicara. Menunggu maksud inti dari ucapan Shunshin.
"Jika kau mau, kau bisa membalas kaleng minuman ini dengan pertandingan menarik nanti. Bisakah seperti itu?" ujar Shunshin. "Ah, agar tidak salah paham, aku tidak meremehkan Seido, barisan pemukul kalian sangat ku waspadai, dan banyak hal lain yang ku persiapkan."
(Name) menaikkan satu alisnya. "itu saja? Mudah. Akan ku pastikan kau melihat, dan mempelajari banyak hal dari pertandingan ini."
(Name) mengibas satu tangannya, "Jangan khawatir kan itu, aku sangat tau Seido bukan sekolah yang bisa diremehkan."
Shunshin tersenyum. Untuk orang yang hampir selalu berwajah serius, (Name) merasa pria itu sudah banyak tersenyum hari ini. "Baiklah, aku harus kembali sekarang (Name)-san. Senang bertemu denganmu lagi," ucap Shunshin.
(Name) membalas pamitan ace tim lawan mereka hari ini. Aku juga harus kembali, batinnya. Lantas ia berbalik dan melangkah.
"Kalian keluar lah, mau sampai kapan menguping di sana?" ucapan (Name) mengagetkan empat orang yang bersembunyi di balik tembok.
"A-ahaha, bagaimana senpai bisa tau?" Haruichi bersama 3 orang lainnya perlahan menampakkan diri dari tempat persembunyian. Ekspresi wajah mereka seperti maling yang tertangkap basah mencuri.
"Itu pasti karena kau berisik," ucap Furuya. "Hah?! Itu karena kau tau!" balas Sawamura.
"Mana mungkin aku tidak sadar." (Name) mengendikkan bahu, dia malas menjelaskan. "Aku cukup terkejut kau mengikuti 3 bocah ini, Kazuya."
Miyuki tertawa, "aku di tarik kesini. Tapi aku jadi tertarik dengan apa yang kalian bicarakan." Ucapan Miyuki ditanggapi dengan anggukan antusias Sawamura dan Furuya.
"Bukan hal yang rahasia sih..." (Name) membuka minuman kaleng yang masih tersegel sedari tadi, dan meminumnya beberapa teguk. "Apa kalian mendengar semuanya?"
"Ya, dari awal! Apa senpai berteman dengan musuh kami?!" seru Sawamura di susul sikutan oleh Haruichi.
"Benar, tapi bukankah dipertandingan kali ini kami menjadi musuh?" (Name) kembali meneguk minuman nya.
"Kaliankan sudah mendengar nya tadi, dia agak meremehkan mu Furuya," ucap Miyuki. "Meski aku setuju soal control dan pitching mu yang payah, hyahaha!" sambungnya. Mereka berempat bersweatdrop dibuatnya.
"Sudah-sudah, ayo kembali. Pertandingan akan dimulai sebentar lagi."
______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal (Miyuki Kazuya x reader)
Non-FictionDua pembohongan terbaik dalam hal menyembunyikan perasaan, sekaligus dua orang bodoh yang tidak menyadari perasaan-nya sendiri. Berlindung dibalik status sahabat yang 'dianggap' sebagai halangan. Ketika ego kedua insan justru mempersulit diri merek...