Sepulang dari pertandingan, (Name) bersama para menejer pergi berbelanja kebutuhan di asrama. Dengan porsi makan anggota tim Seido yang mengharuskan mereka menghabiskan minimal tiga mangkuk nasi dalam sekali makan, belum lagi barang kebutuhan lainnya, tentu membutuhkan tenaga yang lebih banyak untuk berbelanja.Mereka menuju minimarket terdekat, membeli berbagai bahan makanan dan barang-barang untuk keperluan di asrama. Setelah semua sudah dibeli, mereka berjalan kembali ke Seido. Langit sudah berwarna oranye, harus segera menyiapkan makan malam para pemain.
"Terimakasih sudah membantu kami, (Name)-can," ucap Takako, menejer kelas tiga, sekaligus kepala menejer.
"Untunglah (Name) ikut, belanjaan ini berat sekali!" Sachiko, menejer kelas dua, menimpali.
"Benar, aku jadi tidak menjatuhkan banyak barang." Haruno, menejer kelas satu yang memang cukup ceroboh, mengangguk-angguk.
"Hahaha, yah, Haruno memang ceroboh banget," kata Yui, menejer yang seangkatan dengan (Name) dan Sachiko.
"Tidak apa, aku kan sebenarnya juga menejer," jawab (Name).
Ke lima gadis itu mengangkat masing-masing dua plastik belanjaan di kedua tangan. Bercengkrama sepanjang perjalanan pulang, hingga gerbang depan sekolah Seido terlihat. Mereka perlu berjalan lagi menuju gedung asrama. Kerena fasilitas tim baseball berbeda dengan gedung sekolah.
(Name) melirik ke belakang menggunakan ujung mata. Empat ..., lima orang ya.
(Name) menghentikan langkah, membuat keempat gadis yang lain ikut berhenti. "Maaf, aku lupa ada yang harus ku lakukan dulu."
"Eh, mau kami temani?"
"Tidak perlu, kalian kan harus cepat cepat membawa ini ke cafeteria."
"Benar juga sih." Takako, Sachiko, Yui, dan Haruno berpandangan. Hari sudah mulai gelap, bahaya membiarkan gadis itu berjalan sendirian, tapi mereka juga harus bergegas kembali.
"Tidak jauh kok, aku akan ke sana." (Name) menunjuk sembarang toko di sekitar mereka.
Takako ragu, namun tetap mengangguk. "Ya sudah, hati-hati ya (Name)-can!"
(Name) tersenyum simpul. "Bawa ini ya." Si gadis menyerahkan empat plastik belanjaan yang semula di bawanya. Para menejer lain membawa masing-masing satu.
"Kami duluan (Name)," ucap Yui, diikuti ketiga gadis yang lain.
(Name) mengangguk, memandangi punggung mereka hingga memasuki kawasan sekolah. Memastikan mereka sudah benar-benar berada di daerah aman, (Name) berbalik. Ujung rambut merahnya yang diikat ekor kuda berpindah ke bahu.
Disadarinya lingkungan di sekitar sangat sepi. Tak terlihat orang lain di jalanan luar, selain para pemilik toko dan pelanggannya.
(Name) melangkah dengan santai menuju sudut yang jarang diperhatikan, menatap lampu-lampu kota yang mulai menyala.
Lalu dari arah belakang sebuah tangan membekap mulutnya, menutup matanya, dan menarik tubuh gadis itu menuju gang sempit beberapa langkah dari sana. (Name) reflek mencengkram lengan dari orang yang menariknya itu.
"Diam dan jangan melawan!" Setengah bisikan yang tegas dan kasar itu tertangkap dalam gendang telinganya.
Telapak tangan yang menutup matanya di lepaskan. Dalam gang sempit dengan pencahayaan yang bertambah minim, manik emas itu dapat melihat empat orang lain dengan pakaian serba hitam, memakai masker hitam yang menutupi hidung dan mulut. Badan mereka tinggi, berisi, dan berotot, dengan berbagai bekas luka di tubuhnya. Dari yang dirasakannya, orang yang membekapnya juga begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal (Miyuki Kazuya x reader)
SachbücherDua pembohongan terbaik dalam hal menyembunyikan perasaan, sekaligus dua orang bodoh yang tidak menyadari perasaan-nya sendiri. Berlindung dibalik status sahabat yang 'dianggap' sebagai halangan. Ketika ego kedua insan justru mempersulit diri merek...