"Kemarin aku sudah bertanya pada (Name)."
Anak-anak kelas tiga yang berlatih di gym (lapangan indoor Seido) menatap Ryosuke bingung.
"Tentang apa?" tanya Tetsu.
"Itu loh~ Hal yang paling buat kita penasaran."
Semua pasang mata di gym menotot, secara selaras menghentikan kegiatannya. Mereka sudah latihan cukup lama, bergosip sedikit tak apa lah.
"Apa? Bagaimana kau bisa bertanya?" tanya Tanba setengah tidak percaya.
Dalam hitungan detik, para anak kelas tiga sudah berkumpul dengan wajah-wajah penuh penasaran.
"Aku sudah bertanya dengan jelas. Kau mau tau (Name) bilang apa?" Ryosuke sengaja membuat teman-temannya penasaran.
"Apa?!" ketus Jun tidak santai.
Senyum Ryosuke terlihat sama dengan bentuk matanya. Dia mulai menceritakan obrolan malam itu.
~~~
"(Name), apa kau menyukai Miyuki?"
"Hm? Tentu saja kan? Bukanlah senpai juga sama? Walaupun ucapan dan tindakannya kadang membuat sakit hati, memangnya bisa membenci Kazuya?"
Cahaya lampu teras asrama dan suara nyanyian jangkrik menjadi saksi kebisuan kedua insan itu. Keheningan yang cukup lama, hingga tiba waktunya mengangkat kompres dari kaki Ryosuke.
Melihat (Name) yang mulai mengangkat kompres es menyadarkan sang pemuda akan waktunya untuk mengorek jawaban hampir habis. "Maksudku bukan yang seperti itu, (Name)," ucap sang pinkette. Dia tidak puas dengan jawaban umum yang diucapkan gadis itu.
"Jadi yang seperti apa?" jawab (Name) seraya fokus membalit kaki lelaki itu dengan cekatan.
"Maksudku, apa kamu pernah punya perasaan romantis?"
(Name) mengulam bibir guna menahan senyum geli. "Tidak tuh. Sudah ku bilang berkali-kali, kami tidak pernah punya perasaan seperti itu."
Ryosuke menghela napas pelan. "Kamu sangat pintar dalam banyak hal, tapi ternyata kau bisa jadi bodoh, ya."
Bodoh? Shirakawa (Name), bodoh?
"Aku tidak bodoh!" sergah (Name) tidak terima. Sebelah alisnya terangkat.
"Kau bodoh. Sangat bodoh dalam segala hal abstrak seperti perasaan."
Alis si gadis semakin tertekuk.
~~~
"Begitulah~" Ryosuke tersenyum lebar. Puas melihat reaksi pasrah dan kesal dari teman-temannya.
"Apa-apaan itu?!"
"Kami sudah penasaran berat!"
Ryosuke tertawa puas melihat reaksi kecewa teman-tamannya. Cukup segitu saja yang mereka tau. Sang pinkette tidak berniat menceritakan semua obrolan mereka.
~~~
Pukul 12 malam. Ruangan itu gelap, hanya lampu meja belajar sebagai satu-satunya penerangan. Di atas meja masih berantakan. Tumpukan buku pelajaran, berbagai buku catatan yang berhubungan dengan Inashiro dan baseball, dan buku tulis berisikan berbagai coretan strategi.
(Name) terbangun dari tidurnya secara tiba-tiba. Keringat membanjiri pelipis hingga ujung kaki. Dia bersandar pada dinding, mencoba mengendalikan napasnya yang berat. Ketika kondisinya kembali normal, bangkit dari tempat tidur, keluar dari kamar. Membiarkan sumber cahaya di ruangan itu tetap menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethereal (Miyuki Kazuya x reader)
Phi Hư CấuDua pembohongan terbaik dalam hal menyembunyikan perasaan, sekaligus dua orang bodoh yang tidak menyadari perasaan-nya sendiri. Berlindung dibalik status sahabat yang 'dianggap' sebagai halangan. Ketika ego kedua insan justru mempersulit diri merek...