TIME

5 2 0
                                    

(Lee seokmin)
.
.

Suara api dari tungku perapian, bau lavender dari lilin aroma terapi. Rumah itu menjadi hangat saat diluar sedang musim salju. Seorang anak remaja yang tersenyum lebar duduk manis didepan ibunya. "Terus! Bagaimana ceritanya ibu bertemu ayah?"tanya Lee Chaeyeong. Sang ibu yang melihat semangat anak nya sedikit menggelitik hatinya. Dia tertawa lalu mengambil sebuah album.
.
.
Kembali Ke tahun Saat dimana keduanya masih muda dan merantis karir, berbagai pengalaman hidup yang masih menanti mereka. Lee seokmin dan Jang y/n memiliki 9 tahun perbedaan usia mereka, seokmin lebih dulu sekolah dasar dan menikmati masa anak-anaknya. Mereka berdua dibesarkan oleh keluarga yang harmonis dan menghasilkan generasi anak yang luar biasa. Tanpa kurang kasih sayang bahkan pendidikan. Belasan tahun, Jang y/n tumbuh menjadi wanita berani ketika memiliki impian bekerja menjadi Pengacara. Namun semua hampir hancur ketika mengetahui y/n mengidap penyakit. Dia sering kerumah sakit untuk mengecek kesehatan nya, untunglah dokter mengatakan penyakit tersebut tidak berbahaya walaupun.. sulit disembuhkan.

Ada titik dimana hari kita bertemu.

"Permisi! Anda meninggalkan ponsel anda!" Aku menoleh ke belakang dan melihat seorang laki-laki berkacamata dan memakai jas Snelli. Tertulis Lee seokmin di jas tersebut. Pertemuan kami seperti orang normal lainnya. Namun karena takdir yang terus mempertemukan kami, hubungan biasa itu menjadi sebuah hubungan cinta.
.
Drap! Drap!

Seokmin mengatur nafasnya setelah berlari kencang keluar dari rumah sakit, senyum manis terukir ketika dia melihat gadis pujaan nya. Setiap langkah membuat hatinya semakin berdebar. Itu selalu ia rasakan. Gadis itu membawakan bekal makanan 'Doenjang Jiggae' seokmin dengan semangat melahap makanan itu, ditambah cita rasa yang pas dimulutnya, Laki-laki itu bahkan makan seperti bayi. "Pelan-pelan, jika suka akan sering kubuatkan untukmu"ucap y/n sambil mengeluarkan tisu. "Buatkanlah yang banyak agar aku bisa merasakan nya setiap hari"ucap seokmin dengan senyum cerah nya.

Ketika ingin check up kesehatan dia selalu saja nencari kesempatan untuk bertemu denganku. Lalu mendapat masalahan oleh para rekan kerja nya. Dia anak yang suka menonton film, sama sepertiku. Kadang ada hari dimana kita tidak bertemu.
.
"Yang mulia hakim! Izinkan saya memberikan bukti rekaman CCTV yang mungkin bisa meringankan hukuman terdakwa"

Ketika mendapat izin rekaman itu diputar. Dan terdakwa mempunyai alibi yang kuat. Namun bukti yang dilemparkan oleh jaksa tentu mengalahkan bukti yang baru saja kukeluarkan. Sidang kali ini dimenangkan oleh jaksa, dan terdakwa memang bersalah. Kadang aku merasa kesal karna kalah dalam berdebat. Namun jaksa itu adalah temanku, kim Jaehwan. Dia selalu memberiku makanan yang manis setelah sidang. Kali ini dia memberiku sandwich stroberi "nih makan biar tuh kepala dingin"ucap jaehwan sambil tertawa. Aku memakan nya dan kami juga mengobrol singkat. "Ohya, bagaimana hubunganmu dengan si dokter itu"tanya jaehwan lalu aku menjawab bahwa semuanya baik-baik saja dan seperti pasangan lainnya. "Kaga mau nikah apa? masa pacaran terus" aku berdecak kesal lalu menyumpal mulutnya dengan sandwich itu.

Aku memilih pergi untuk mencari udara segar. Setelah dipikir baik-baik ada benarnya perkataan jaehwan, bahkan orangtuaku selalu bertanya hal yang sama. Aku mengambil ponsel yang ada disaku dan menelpon nya, namun sudah 3 kali masih saja orang itu belum menerima panggilanku. Kupikir sibuk jadi kuputuskan ke rumah sakit tempat ia bekerja.
.
"Seokmin" aku berlari kearahnya yang sedang duduk melamun. "Ada apa?"tanyaku yang melihatnya hanya melamun. dia menoleh kearahku dan berkata "bagaimana kalau kita menikah?" Pertanyaan itu membuatku kaget karena dikeluarkan secara tiba-tiba. Aku juga memikirkan hal yang sama.

Tanpa bunga,cincin, ataupun barang yang lainnya. Dia mengatakan itu dengan serius. Aku tersenyum dan mengangguk, ada helaan nafas namun detik berikutnya sebuah senyuman manis keluar dari bibirnya.

Hari-hari setelah menikah tentu banyak yang berbeda. Ketika aku mulai mengandung, aku berhenti dari pekerjaanku dan memilih fokus pada kehamilanku. Seokmin selalu bertanya padaku "Kamu ingin aku bawakan apa setelah pulang kerja nanti?" Jika dia tidak bertanya maka dia pulang dengan membawa satu kantong besar berisi makanan. Bahagia sekaligus nightmare, karena berat badanku terus bertambah. Namun itu tidak menjadi masalah untuk seokmin.

Selelah apapun dia bekerja, dia berusaha untuk membagi waktunya bersamaku.

Hari kelahiran Lee Chaeyeong pun tiba.

Setelah menyelesaikan semua jadwal operasi nya, dia berlari kearah ruangan bersalin namun ketika dia masuk ke ruangan, istrinya sudah menggendong bayi mungil. Dengan senyum bahagia seokmin menemui istrinya dan menyambut kedatangan anak nya, dia juga meminta maaf karena tidak bisa menemani istrinya ketika melahirkan.

Dan.. begitulah ceritanya kami bertemu dan kembali ke sekarang..

"Ibumu dulu cantik loh, saingan ayah banyak banget"ucap seokmin sambil tertawa lalu lanjut mengaduk adonan kue. setelah menuang ke cetakan dan menaruh ke oven. Seokmin berjalan mendekat lalu mengecup pipi istrinya, Chaeyeong tersenyum gemas sambil berkata "Wooww manis nya! Aku juga mau dong yah!"ucap chaeyeong namun aku berpura-pura cemberut sambil menarik seokmin "hmph! ini cuma buat ibu."ucapku sambil tertawa setelah melihat wajah cemberut dari chaeyeong.

Ting!

"Ah! Sepertinya sudah matang"ucap seokmin sambil berjalan kearah dapur diikuti chaeyeong yang berteriak senang "Yey! Makan kue buatan ayah!!" Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala lalu menutup album yang ada dipangkuan.

.Diaryku.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang