34. Perkelahian

22.2K 894 23
                                    

Semenjak mengetahui kenyataan bahwa orang tua Sabda mendukung keinginan Shanum untuk cerai, Shanum tak pernah mengharapkan kembalinya sang suami ke dalam hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semenjak mengetahui kenyataan bahwa orang tua Sabda mendukung keinginan Shanum untuk cerai, Shanum tak pernah mengharapkan kembalinya sang suami ke dalam hidupnya. Dua bulan kembali berlalu, kata 'cerai' juga belum ia terima dari Sabda. Kehidupan pernikahannya tengah digantung.



Akhir-akhir ini pula, Shanum selalu mengkhawatirkan Sabda. Jangan kira dia tak pernah peduli dengan pria yang selalu menyakitinya itu.



Shanum bahkan selalu memikirkan Sabda setiap saat meskipun dia yakin pria itu tidak memikirkannya atau mungkin saja sedang berusaha membujuk Rania agar kembali bersamanya.



Kadang Shanum juga cemas dengan kesehatan pria itu. "Apa Sabda sudah makan? Apa dia makan dengan baik? Apa dia menjaga kesehatan dengan baik?"



Terlepas dari Sabda yang selalu bersikap kurang ajar dan tipikal lelaki brengsek, Shanum masih sah menjadi istrinya dan tentu saja wanita itu selalu mengkhawatirkan Sabda. Sebuah nama yang selalu membuat Arsa cemburu.



"Sebaiknya kamu berhenti mencemaskan suami tidak tahu diri itu, cemaslah pada kondisi anakmu sekarang. Ibunya terlalu sering banyak pikiran," kata Arsa seraya memotong buah apel di tangannya.



Alasan Arsa bisa berada di rumah Shanum karena beberapa saat yang lalu dia berkunjung ke rumah untuk mengantarkan roti pesanannya. Pria itu mengetuk pintu beberapa kali, tapi tak ada jawaban. Mengingat Shanum sedang hamil, pria itu memaksakan diri untuk masuk ke dalam begitu saja.



Saat pria itu masuk ke rumah, dia melihat Shanum tampak kesusahan berdiri dan butuh bantuan karena perutnya yang sudah tampak membesar. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang. Akhirnya Arsa turun tangan untuk membantu.



"Aku tahu, kayaknya ini bawaan hamil, aja, ya." Shanum beralasan.



Arsa hanya bisa tersenyum getir. Pria itu sudah tahu tentang Sabda. Semua yang pernah pria itu lakukan, Arsa tahu. Dia juga bilang pada Shanum bahwa, Arsa akan memukul Sabda jika suatu saat mereka bertemu.



Ada rasa tidak rela saat melihat wanitanya disakiti dan parahnya lagi, orang yang menyakiti tersebut adalah suami wanita itu sendiri.



"Tak ada yang boleh menyakitimu. Kalau saja aku tahu perlakuannya padamu memang seburuk ini, aku sudah memukulnya dari dulu."



Tentu saja Shanum tak akan mengizinkan Arsa untuk membuat Sabda babak belur. Seburuk apa pun pria itu, Sabda tetaplah suaminya. Terlebih gugatan cerai itu tak kunjung didapatkan. Dua bulan tanpa kepastian, selama itu pula Shanum tak mengetahui kabar Sabda, dia seolah hilang ditelan bumi.



Shanum justru bersyukur karena masih ada yang peduli padanya. Di tengah keadaan rumit seperti sekarang, Shanum dikelilingi orang-orang baik.



"Makan buah ini, ingat. Kamu harus sehat dan kuat. Kamu tidak boleh sedih terus, katanya anak dalam perut bisa merasakan kesedihan ibunya juga."

Surga yang Terabaikan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang