38. Kesadaran Sabda

28.5K 896 35
                                    

Setelah sadar dari tidur panjangnya, Sabda menjadi sedikit pendiam dan tidak banyak bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sadar dari tidur panjangnya, Sabda menjadi sedikit pendiam dan tidak banyak bicara. Dia lebih banyak merenung, ketika orang lain bertanya, dia hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan kepala.

Dokter bilang kondisi Sabda dan organ vitalnya stabil. Hanya saja, Sabda akan merasakan efek trauma setelah kecelakaan yang sempat menimpa. Shanum mengerti, dia akan menjaga Sabda selama pria itu dalam masa pemulihan.

Wajahnya masih pucat pasi. Setidaknya perkembangan ini yang dinanti Shanum. Mereka sedang berada di ruang perawatan. Diana pamit pulang untuk mengurus keperluan lain, membiarkan menantunya yang mengurus. Shanum mengerti dia menjaga Sabda sendirian sekarang.

Sebagai seorang istri dia diharuskan tetap berada di samping suami apa pun kondisinya. Baginya, keluarga tetap nomor satu. Karena kesibukan bekerja tidak mampu membayar kenikmatan bersama keluarga tercinta. Begitu prinsipnya.

Shanum belum mengabari Rania mengenai Sabda yang mulai siuman. Dia ingin mengabarinya nanti saja. Pasalnya, Shanum tak ingin berhadapan lagi dengan perempuan itu.

Shanum tengah menyuapi suaminya dengan bubur, setelah beberapa jam berkutat dengan berbagai pemeriksaan. Akhirnya Sabda sudah diperbolehkan makan. Semoga saja kedua pasangan itu bisa akur kembali, meskipun sebelumnya tidak pernah ada kedamaian dalam rumah tangga mereka.

"Satu suap lagi, ya?"

Shanum menyodorkan sesendok bubur ke hadapan suaminya. Hanya gelengan lemah yang dijawab oleh Sabda setelah beberapa kali Shanum menawarkan bubur itu padanya. Hingga akhirnya Shanum menyerah. Ditaruhnya mangkuk berisi sisa bubur di atas nakas. Lalu mengambil segelas air mineral untuk diminumkan pada pria yang sedari tadi hanya duduk bersandar di atas ranjang.

Mata pria itu menatap kosong sang istri yang sibuk membujuknya untuk makan dan minum. Sabda tak bisa mengingat dengan jelas kejadian waktu itu. Meskipun demikian, bayang-bayang kecelakaan tragis hari itu masih sering masuk ke alam bawah sadarnya. Seakan memancing trauma pria itu untuk datang lagi.

"Ayo sekarang berbaringlah."

Shanum menuntun Sabda untuk segera mengubah posisinya. Sabda menahan tubuhnya. Menolak perlakuan itu. tak peduli bagaimana rasa sakit yang menimpa. Dia merasa tidak tenang setelah sadarkan diri.

"Kenapa? Apa tubuh Mas sakit? Kalau sakit akan kupanggilkan dokter."

Shanum tidak tahu harus bersikap bagaimana pada Sabda. Di sisi lain dia kesal pada pria itu yang masih saja dekat dengan Rania, tetapi di sisi lain pun dia masih mencintainya. Kadang Shanum ragu dengan perasaan cinta yang muncul di hatinya. Entah kenapa Shanum bertahan sejauh ini, apakah itu selaras dengan perasaannya?

"Aku baik-baik saja."

Ucapan Sabda begitu datar dan dingin, seperti es. Shanum tak bisa berbuat banyak. Sabda memang terbiasa sedingin ini padanya. Namun, setelah semua hal yang terjadi, baru sekarang dia benar-benar terluka karena pria itu acuh padanya.

Surga yang Terabaikan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang