Shanum berdiri di depan sebuah pintu kamar, pikirannya terus berkelana antara mengetuk pintu atau justru pergi saja dan membiarkan Sabda pulang sendiri.
Dia baru saja sampai di salah satu hotel yang rekan suaminya sebutkan. Pantas saja suaminya betah berlama-lama di tempat seperti ini. Hotel bintang lima dengan fasilitas mewah dan lengkap.
Pikirannya mendadak liar, Shanum jadi membayangkan kenyataan macam apa yang berada di balik pintu tersebut. Apakah dia akan mendapati sosok wanita tanpa busana yang hanya dibalut oleh selimut tebal seperti di sinetron-sinetron pelakor?
"Menjijikkan!" Shanum berdecak.
Pada akhirnya, Shanum memencet bel kamar, dia berdebar membayangkan siapa sosok yang akan membuka pintu tersebut. Semoga saja Shanum bisa menahan diri untuk tidak melayangkan tinjunya jika suatu saat yang membuka pintu tersebut adalah wanita lain.
Namun, pemikiran gila itu langsung pupus saat Shanum mendapati sosok yang membuka pintu adalah suaminya. Sabdatama Nayaka.
Sabda terkejut melihat istrinya berdiri di depan pintu, dia berpikir dari mana wanita itu mengetahui hotel tempatnya tinggal? Merasa sudah terpergok, pria itu langsung memasang wajah datar.
"Kenapa kau ke sini?"
Shanum ingin sekali menumpahkan kekesalannya. Dia sudah jauh-jauh datang mencari Sabda ke sana ke mari, tapi pria itu malah bertanya santai tanpa beban.
"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di tempat ini dan kenapa ponselmu mati? Apa kau tidak tahu betapa pusingnya aku karena terus dihubungi oleh orang-orang di perusahaanmu itu?"
Shanum mendengkus marah, tidak di rumah, tidak di mana pun. Mereka selalu bertengkar. Shanum heran, kenapa di dunia ini ada manusia menyebalkan seperti Sabda? Kenapa juga pria itu ditakdirkan menjadi suaminya?
Sabda membuka pintu hotel lebar-lebar, seolah memberi kode agar Sabda masuk ke dalam kamarnya.
"Masuk. Aku tak mau melihatmu diusir security hotel karena sudah membuat keributan."
***
Atmosfer di ruang tengah sekarang terasa begitu panas dan pengap. Pikiran Shanum tengah berkelana sekarang memikirkan ucapan dan pikirannya sendiri. Tentang keraguannya pada pria itu, juga pada beberapa hal yang selalu ingin dia tanyakan sejak dulu.
Perasaan ingin menyerah selalu muncul dalam benak ketika keadaan mereka sedang berantakan seperti ini.
Sekarang sudah lima tahun Shanum tinggal bersama Sabda, jika pun mereka berpisah setidaknya Shanum bangga pada dirinya sendiri karena telah melakukan banyak hal baik untuk kehidupan mereka dan selalu berusaha mengerti Sabda.
Meski pada kenyataannya usaha Shanum tak pernah sekali pun dihargai.
Saat memperhatikan Sabda dengan saksama, perempuan itu tersadar bahwa pria di hadapannya cukup mirip dengan dirinya sendiri.
Workholic. Sebutan yang sangat cocok bagi mereka berdua. Keduanya sangat amat menggilai pekerjaan.
Menghela rendah, menggigit bibir ragu, Shanum memperhatikan Sabda yang duduk santai dan sangat tenang. Sedangkan di sini, dirinya bahkan nyaris tak bisa melakukan apa-apa.
"Apa kamu mengerti sesuatu, Mas?"
Shanum ingin sekali menepuk bibirnya sekarang. Kenapa bibirnya tidak bisa diam saja dan malah mengucapkan kalimat konyol seperti itu. Ya ampun!
KAMU SEDANG MEMBACA
Surga yang Terabaikan (END)
RomansaShanum dan Sabda menikah karena keterpaksaan, tak ada cinta di sana. Mereka sepakat untuk tidak bercerai. Namun, Shanum merelakan suaminya untuk berhubungan dengan perempuan lain yang tak lain adalah; Rania. Shanum juga terpaksa mendapatkan tudinga...