LIMA

5 1 0
                                    

Happy reading...

*****

Sabtu paginya aku sudah membuat dapur ricuh dengan kegiatan memasakku. Sampai membuat Mbak Raya tidak bisa tidur lagi setelah subuhan, dan menegurku yang telah mengganggu waktu istirahatnya. Dia memang sibuk, bekerja sebagai teller di salah satu Bank Swasta. Belum lagi dipusingkan dengan pernikahannya yang tidak sampai tiga minggu lagi akan berlangsung. Aku hanya tersenyum memohon maaf dan mulai melanjutkan memasakku dengan hati-hati.
 
Papi dan Mami hanya melirikku yang terlihat sibuk sendiri, sambil menikmati kopi untuk Papi dan teh untuk Mami.
 
“Pergi jam berapa, Dek?” tanya Mami yang aku ingat sekali sudah bertanya tadi malam dan sudah tahu jawabannya.
 
“Heru jemputnya jam sembilan, Mi.”
 
“Papi ikut ya Dek, sudah lama Papi nggak mancing, apa lagi sejak Mas kamu nikah.”
 
Aku menghentikan gerakan tanganku dan menatap Papi yang memasang wajah datarnya. Ini anaknya mau kencan pertama loh, masa iya bawa-bawa Papi.
 
“Ih, Papi apaan sih. Masa anaknya kencan Papi ikut sih.” protesku langsung.
 
“Emang mancing termasuk kencan ya, Mi?” pertanyaan santai Papi yang ditujukan ke Mami membuatku jadi kesal sendiri.
 
“Tergantung gimana mereka menanggapinnya sih, Pi. Kalau kedua belah pihak mengatakan ini kencan, ya berarti bisa dibilang kencan. Kalo cuma sepihak, Mami rasa lebih cocok disebut kencan khayalan.”
 
“Mami!!” teriakku kesal, ini orang tua aku kok hobi banget ya ngebully aku.
 
“Jadi gimana, Dek? Papi boleh ikut, kan?”
 
Ini Papi kok kelihatannya serius banget sih. “Ya enggak lah, Pi!” putusku langsung, “Kalo Papi mau mancing, ntar aja sama Mas Raka, atau Heru sama Papanya sekalian. Jangan hari ini dan jangan ganggu kencan Adek!”
 
“Di kolam pemancingan mana, Dek?” Pertanyaan Papi ini menjebak, kalo aku jawab pasti benaran langsung datangin aku sama Heru ntar. Papi itu orang serius, walaupun mungkin niatnya memang karena ingin memancing tapi kan tetap aja nggak nyaman dan akan mengganggu proses saling mengenal antara aku dan Heru. Bisa-bisa Heru hilang feeling sama aku dan menolakku langsung.
 
“Nggak tahu, Pi.” Sejujurnya aku memang tidak tahu, karena Heru mengatakan rahasia, dan aku menikmati permainan rahasia ini, walaupun tadi malam aku sudah googling tentang tempat-tempat memancing di kotaku. Hahaha, aku cerdas, kan?
 
Papi terlihat diam dan mulai menyesap kopi hangatnya, aku bersyukur karena sepertinya Papi sudah menyerah dan mengerti bahwa apa yang terjadi nanti adalah salah satu penentu masa depanku dengan Heru. Jadi tidak boleh ada gangguan.
 
Selesai menggoreng lumpia, aku menyusunnya dengan rapi di kotak bekal dengan sandwich empat potong yang tadi kubuat juga. Memasukkannya ke dalam tas dan tidak lupa dengan botol air mineral dan jus jeruk yang sudah kubuat. Ini akan jadi kencan yang sempurna.

………

Jam sembilan tepat mobil Heru terparkir di depan rumahku, aku merapikan kembali tampilanku, karena hari ini kami akan ke kolam pemancingan. Jadi aku memilih memakai boyfriend jeans dan baju berlengan sesiku yang berbahan sifon dengan panjang sepaha, mencoba untuk menutupi pahaku yang terlihat cukup besar, dan membuatku sering kehilangan kepercayaan diri.
 
Saat berjalan menuju dapur untuk mengambil tas bekal aku melihat Papi yang melirikku tersenyum.
 
“Papi juga ikut loh, Dek. Tadi udah diajak sama Heru.” Papi terlihat muda dengan wajah riang dan senyum bahagianya, sedangkan aku hanya berdiri mematung dan menatap tidak percaya Papi yang langsung berjalan meninggalkanku dengan langkah riang dan senyum bahagianya menuju kamar untuk berganti pakaian. Seolah ke dapur hanya untuk memberitahuku hal itu, tapi kesan yang kudapat adalah sebuah ejekan dari Papi.
 
Aku merasakan tepukan di pundakku dan melihat senyum prihatin dari Mami. “Mami juga ikut kok, Dek.” Bisik Mami mencoba menenangkanku dengan wajah prihatinnya, yang membuatku langsung lemas dan memilih untuk duduk di kursi makan.
 
Menatap ke arah meja, tas bekal yang kusiapkan tadi jadi ada tiga, dan aku tahu itu artinya Papi sudah meminta ikut pada Heru saat tadi aku di kamar. Jika tidak, tidak mungkin akan ada bekal sebanyak itu bisa disiapkan dengan cepat.
 
Ini sebenarnya orang tua ku yang tidak bisa melepasku atau bagaimana sih?!
 
Oh kencan pertama… aku pasti akan merindukanmu….

TerenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang