Happy reading...
*****
Setelah euforia pernikahan Mbak Raya dan Mas Faiz selesai, senin paginya semua kembali pada kegiatan seperti biasanya. Aku yang bangun pagi dan siap-siap berangkat ngajar dengan diantar Papi. Papi yang langsung ke toko dan Mami yang tetap dengan urusan rumah tangga.
Mbak Raya tadi pagi juga sudah packing untuk menginap di rumah mertuanya sebelum pindah ke rumah baru mereka yang dari sini jaraknya sekitar 20 menitan.
“Ayo, Dek berangkat.” Ajak Papi yang sudah berjalan lebih dulu menuju mobil.
Setelah pamit dengan Mami aku langsung masuk ke dalam mobil.
Lima menit perjalanan aku dan Papi masih saling diam, menikmati jalanannya yang tidak terlalu ramai ditemani dengan penyiar radio yang membacakan berita hari ini.
“Sudah ada kemajuan dengan Heru, Dek?”
Dan... mulailah sesi kepo Papi.
“Belum, Pi.” Jawabku singkat.
“Apa perlu Papi yang turun tangan?”
Aku menggeleng cepat, bisa berabe kalau Papi sampai turun tangan. “Nggak perlu, Pi. Biar Adek aja yang ngurusnya. Kalau semua dibantu Papi kapan Adek bisa dewasanya coba.” Kencan pertama aja Papi ngintilin Adek, dan sampai sekarang belum ada lagi kencan bareng Heru. Huh… nyebelin…
“Minta kepastian aja langsung Dek, kalau dia no kan kamu bisa langsung nyari yang yes lainnya.” Denger Papi ngomong begitu berasa dengar juri disalah satu ajang pencarian bakat menyanyi.
Yah, nggak begitu juga, Pi. Kan nyari laki nggak kayak nyari paku yang ditebar dipinggir jalan. Gampang dan banyak. Aku ingin menjawab begitu tapi bakal panjang ceritanya, dan sebagai anak yang baik dan patuh aku hanya mengangguk pelan, “Iya, Pi.” Jawabku.
“Anak temen Papi juga banyak kok, Dek. Kamu nggak perlu cemas.”
Aku bersyukur karena setidaknya Papi memiliki ide yang lebih normal dari pada Mami dan Mas Raka dengan ide peletnya.
“Tapi dia kandidat kuat saat ini sih Dek, apa lagi dia suka mancing, laki-laki kalau suka mancing pasti sabar. Terus dia juga dokter anak, dimana dibutuhkan kelembutan hati dalam mengobati anak-anak yang cenderung rewel.” Aku menatap Papi yang terlihat serius, “Kalau nggak bisa sama Dia, kamu usahain lah Dek, pakai cara apa gitu biar dia mau sama kamu.”
Gubrak!
Fix, ini buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sepertinya yang membuat Papi dan Mami cocok adalah pemikiran mereka yang seperti ini dan menurun secara langsung pada Mas Raka!
Aku jadi curiga, jangan-jangan Papi pakai pelet buat dapatin Mami, dan Papi menurunkan keahliannya itu pada Mas Raka untuk mendapatkan Mbak Rika, lalu akan kembali diwariskan padaku. Oh no!
Oke, hentikan semua pikiran kotor itu, Terena! Aku menghirup napas dalam mencoba untuk membersihkan pikiranku.
*****Aku keluar dari ruang guru, dan belum melihat mobil Heru terparkir, tadi dia menghubungiku dan mengatakan akan menjemput untuk membawaku ke rumahnya karena Meli ingin meminta bantuanku untuk mengajarinya membuat lumpia.
Aku menatap seorang anak kecil perempuan yang duduk sendirian di bawah pohon akasia yang tumbuh di dekat pagar sekolah. Aku berjalan menghampirinya.
“Hai, kenapa belum pulang?” tanyaku.
“Belum dijemput Mama, Bu Guru.”
Aku tersenyum mendengar suaranya yang terdengar manis dan anak perempuan ini terlihat begitu menggemaskan dengan ikat rambut duanya yang tidak sejajar.
Melihat dari bajunya aku tahu dia murid PAUD, sekolah ini memang terdiri dari PAUD, TK dan SD, hanya saja SDnya terpisahkan oleh lapangan upacara."Eh ada Bu Terena, makasih loh udah dijagain. Tadi dipanggil Kepala Sekolah." Bu Yani, yang mengajar PAUD langsung menghampiri kami, terlihat tergesa-gesa berjalan karena memang di sekolah ini setiap guru bertanggung jawab atas murid-muridnya sampai setiap orang tua murid masing-masing menjemput mereka. Walau masih berada di lingkungan sekolah dan ada satpam yang menjaga, tetap harus waspada terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kalau Bu Yani sibuk, saya bisa kok temenin anaknya sampai dijemput orang tuanya."
Terlihat senyum lega Bu yani, yang sepertinya memang sibuk. "Kalau tidak merepotkan Bu Terena."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terena
RomanceKenalin tokoh cerita kita, Terena Melani Kresna. Anak bontot di keluarga Kresna. Dan anak yang paling dicemaskan masa depannya. Bagaimana tudak, jika Terena diusia 24 dia masih menjadi pengangguran, belum lagi dia tidak memiliki pasangan. Maminya se...