SEPULUH

1 0 0
                                    

Happy reading...

*****

Sesampainya di rumah aku langsung masuk kamar dan mengunci pintu. Mencoba menenangkan diri dengan memutuskan untuk mandi. Sempat terbesit di pikiranku untuk melakukan adegan nangis sambil shower-an kayak di drama-drama. Tapi langsung ingat besok aku harus kembali mengajar jadi aku membatalkan rencana tersebut karena aku tidak mau bolos karena masuk angin.
 
Jadilah aku mandi kilat tanpa adegan nangis apalagi shower-an, cukup pakai gayung aja. Selesai mandi aku langsung mengganti pakaianku dengan baju tidur winnie the pooh kesayanganku yang udah kucel banget karena keseringan cuci-kering-pakai tanpa mau beli baru, karena aku sudah merasa nyaman dengannya. Aku memang tipe orang yang begitu. Sekali beli barang baru, pasti aku selalu sering memakainya, sampai kadang barang lama suka terlupakan, padahal masih bagus. Kalau udah nggak bisa dipakai barulah aku melirik barang lama yang mendekam terlupakan itu.
 
Duduk cantik di atas tempat tidur aku memulai soreku dengan menonton anime Anohana. Iya, anime yang ngebuat aku mewek waktu itu, sampai ngebuat adegan ‘panas’ dengan Heru yang langsung meluk aku dan menenangkan aku yang nangis karena terbawa suasana.
 
Aku mau melanjutkan adegan menangisku, tapi kali ini bukan karena Heru dan status pertaman kami yang sudah menyesakkan hatiku. Tapi karena adegan sedih dari cerita anime yang mau aku tonton ini.
 
Ini anime beneran sedih loh, aku nggak bohong. Ceritanya tentang sebuah persahabatan yang flashback ke masa kecil mereka. Di cerita ini ada enam tokoh, heronya bernama Jintan, dan Heroinenya Menma, empat orang lainnya adalah Anaru, Tsuruko, Yukiatsu, dan Popo. Mereka berenam adalah sabahat. Waktu kecil mereka selalu bermain bersama dan punya tempat markas yang dari aku lihat sih ada di hutan. Pada suatu hari mereka lagi ngumpul bareng-bareng di markas. Diantara mereka ada yang saling suka. Aku nggak ngerti kenapa anak kecil seperti mereka meributkan masalah hati sampai cemburu-cemburuan segala. Tsukuro bertanya pada Jintan tentang perasaannya sama Menma, karena Tsukuro ini suka sama Jintan. Jinta nggak mau menjawab sampai semuanya menyudutkan Jintan dan memaksanya untuk menjawab. Antara malu dan kesal, Jintan teriak dan bilang dia nggak suka sama Menma, terus langsung kabur keluar dari markas mereka. Padahal Menma suka sama Jintan dan juga harap-harap cemas menunggu jawaban Jintan.
 
Setelah Jintan keluar, mereka memutuskan untuk mengejar Jintan. Saat mencari, Yukiatsu meminta Menma untuk tidak mencari Jintan, namun Menma menolak dan tetap mencari Jintan. Yukiatsu ini suka sama Menma. Sementara Yukiatsu disukai sama Anaru. Pelik bangetkan masa kecil mereka.
 
Pada saat mencari Jintan, Menma terjatuh dari jurang dan hanyut ke sungai, karena kejadian itu Menma meninggal, Popo yang menjadi saksinya. Dan berakhirlah mereka dengan berteriak memanggil nama Menma dari atas jurang, namun Menma tidak pernah muncul. Sejak saat itu mereka menjaga jarak dan menjauh dengan rasa bersalah yang masing-masing mereka pendam.
 
Pada saat mereka remaja, di musim panas, Menma kembali dalam wujud hantu. Dia mendatangin Jintan, dan hanya Jintan yang bisa melihatnya. Mereka menduga Menma datang karena ingin mereka mengabulkan permohonannya. Karena sebelum Menma meninggal, mereka berenam berencana untuk membuat sebuah permohonan, namun tidak jadi.
 
Sebelumnya mereka tidak ingin, karena berpikir bahwa itu adalah kebodohan, tidak mungkin ada hantu Menma sampai akhirnya Menma memberi kode tentang kehadirannya. Barulah mereka semua mau membantu mengabulkan permohonan Menma.
 
Yang menjadi masalah lagi adalah Menma tidak ingat apa yang menjadi permohonan terakhirnya. Mereka berpikir itu adalah sebuah kembang api, sampai mereka semua bekerja sama membuat sebuah kembang api, namun ketika kembang api dihidupkan dan menyala diatas langit, Menma tidak menghilang. Sampai akhirnya Menma ingat bahwa permohonannya adalah permohonan dari Ibu Jintan yang saat mereka kecil sedang sakit, dan meminta agar Menma membuat Jintan menangis, karena Jintan selalu menyembunyikan dan menahan perasaannya. Dan Menma berjanji untuk melakukan itu, sebelum akhirnya dia meninggal dan tidak bisa mewujudkan permohonan itu.
 
Setelah membuat Jintan menangis karena rasa takutnya kehilangan Menma, membuat Menma mulai menghilang dan sebelum benar-benar menghilang mereka diberi kesempatan untuk melihat Menma yang terakhir kalinya.
 
Kedatangan Menma untuk mewujudkan janjinya pada Ibu Jintan, membuat persahabatan mereka kembali erat. Menma datang untuk menyatukan sahabat-sahabatnya yang berpisah, karena rasa bersalah mereka atas kematian Menma.
 
Sedih nggak dengar penjelasan aku? Serius aku nggak bisa menggambarkan ceritanya lebih baik lagi sampai membuat kalian terharu. Kalau kalian memang penasaran kalian bisa langsung menonton anime atau versi live action. Mau file-nya? Aku punya, silakan datang ke rumahku.
 
Sudah berlembar-lembar tisu aku habiskan untuk mengelap air mata dan ingusku yang kompakan keluar. Merasa lelah karena terlalu banyak menangis aku memutuskan untuk menjeda tontonanku.
 
Menyadari ada bunyi yang kurang aku langsung berdiri menuju meja belajar dan membongkar tasku, mencoba mencari ponselku yang kenapa terdengar sunyi. Jujur saja aku sedikit berharap bahwa Heru akan menghubungiku, setidaknya bertanya kenapa aku belum juga memberi kabar memintanya untuk menjemputku. Nihil! Aku tidak menemukan ponselku di dalam tas.
 
Aku langsung keluar dari kamar dan menemukan Mami yang sedang menonton sinetron India tentang mertua yang kejam kepada menantunya.
 
“Mi, lihat HP aku nggak?” tanyaku sambil mencari di meja makan.
 
Mami melirikku sekilas, “Nggak, memang kamu taruh dimana, Dek?” Mami balik bertanya, “Lagian kan tadi kamu pulang langsung masuk ke kamar. Ketinggalan kali Dek di sekolah.”
 
Aku langsung kembali ke ruang tengah dan duduk di samping Mami yang terlihat begitu menghayati setiap adegan sinetron penuh drama itu.
 
Aku meraih ponsel Mami yang terletak di atas meja, dan menghubungi nomorku, “Nggak aktif, Mi.” Aku mulai cemas.
 
Seingatku aku memasukkannya di dalam tas, sebelum membaca pesan dari Heru yang mengatakan dalam perjalanan menjemputku saat di sekolah tadi. Mengingat adegan itu membuatku kembali kesal, tidak ada lagi tangis-tangisan karena air mataku sudah kering menangisi kisah Menma. Coba saja tadi aku langsung mengajaknya pulang tanpa mamintanya untuk menunggu Bila dijemput. Tapi kasihan Bila duduk sendirian menunggu Mamanya, aku kan nggak tega.
 
“Paling kamu salah letak lagi, Dek. Atau jatuh tapi kamu nggak sadar. Kamu kan suka teledor begitu.” Ucap Mami yang pandangannya masih fokus ke arah layar TV.
 
Aku memang teledor masalah meletakkan ponsel, tapi itu dulu! Waktu masih belum ada Heru. Sekarang sudah ada Heru, jadi aku selalu membawa ponselku kemana-mana. Takut dia menelpon atau mengirimiku pesan singkat tiba-tiba, jadi aku harus siap sedia.
 
Mencari sekali lagi di kamar sebelum akhirnya aku menyerah dan hanya bisa berharap bahwa ponselku itu memang tertinggal di meja sekolah. Walaupun hati kecilku berbisik mengatakan bahwa aku sudah memasukkannya ke dalam tas.
 
Aku kembali rebahan di tempat tidur, melanjutkan aktivitasku menonton Anohana dan kembali menangis tersedu-sedu.

*****

bersambung...

Sagaara24_
 

TerenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang