(15)
Rutinitas biasa yang menimbulkan rasa bosan perlahan memberinya pekerjaan untuk menjadi sibuk. Ya. Sibuk memikirkan takdir apa yang sedang ia jalani. Ditengah ketenaran yang mulai merangkak. Di sana pula orang yang tak suka menampak.
Saat pagi-nya Donghae tidak lagi memiliki kesempatan untuk menerima hukuman. Tak ada waktu baginya membuat kesengajaan agar di hukum. Donghae terlalu lelah menanggapi banyak kalimat komentar untuknya. Karena ia hanya punya dua tangan, maka Donghae memilih menutup telinganya dengan telapak tangan itu daripada menggunakannya untuk membalas mereka.
"Donghae, teman-teman sekelas berada di pihakmu. Mereka juga tidak menyukai tindakan kakak kelas.." mulut Jinki penuh makanan ketika ia menuturkan kalimat itu. Jika bukan karena sarapan yang dibawa oleh Suny, mungkin ia tidak akan makan.
"Habiskan dulu. Kau bisa tersedak.." malah dengan santai Donghae menjawabnya "aku tidak terlalu memikirkan mereka menyukaiku atau tidak. Pada dasarnya, semua yang kulakukan hanya untuk diriku sendiri. Aku punya alasan untuk itu.. mereka tidak berhak menghentikan langkahku"
Suny manggut-manggut. Sejak mereka bertemu lalu sedikit berbicara, secara tidak sengaja ketinganya menjadi teman akrab. Bahkan Jinki dan Suny menghargai sikap dingin Donghae. Tetapi ia yang paling suka membaca kabar berita tentang temannya.
"Artikel hari ini mengatakan kalau kau punya hubungan dekat dengan CEO Sang Agency. Diduga itu alasan yang membuatmu menjadi line debut..".Donghae melenguh. Memundurkan punggungnya supaya bisa bersandar. Sementara kedua lengannya terlipat rapi di dada.
"bukankah itu terlalu kejam untuk menyingkirkan seseorang?" tanya Donghae.Suny menggeleng "Aku tidak mengerti..."
"Maksudku, ada -atau- tidak ada kaitan hubungan, bukankah wajar jika CEO dekat dan kenal siswa pelatihannya?"
"Jadi itu benar?" Jinki berhenti mengunyah. Menatap mata temannya mencari sesuatu.. "Er... apa kau...??"
"Apa?? Banyak orang yang keluar masuk ruangan CEO. Bahkan para siswa pelatihan lainnya.. dan kenapa aku tidak boleh? Baru juga sekali sudah ada kabar seperti itu?" bahasanya antara menyangkal dan tidak, diucapkan secara halus. Bahkan dengan nada rendah, Donghae malah mempertanyakan kembali hal itu.
⌛-ħīŕāėŧĦ-⌛
Srrttttttt!!
Seseorang menyeret tubuh Donghae tiba-tiba. Dengan paksa membawanya ke sudut lorong sepi. Hampir semua siswa sudah meninggalkan ruangan. Mereka akan bergeser ke tempat kursus masing-masing.
Donghae sempat terkejut. Namun ia mencoba berpikir tenang. Tidak seorang pun dari mereka ia kenali. Menimbun pertanyaan maksud dari perbuatan mereka. membawanya menyingkir ke tempat ini.
"Ada apa?" ia bertanya.
"Rupanya kau benar angkuh. Baru menjadi terkenal begitu saja sudah sok sombong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH ✔️
Fiksi PenggemarMemendam kerinduan yang mendalam membekaskan luka kasat mata. ◻◼◻ Dunia ini terlalu berisik baginya. Seakan dibungkam untuk mendengar setiap perkataan mereka. Dipaksa menerima keputusan mereka. Ditekan agar mengerti pikiran mereka. Tapi tidak ada da...