3

453 99 17
                                    

Akhirnya datang juga hari di mana pesta yang diadakan Hybe Group kini berada di depan matanya.

"Hyo," Sana menghela nafas.

Ia sekarang sudah tahu apa yang dialami Jihyo. Soal insiden di parkiran itu, Jihyo sudah menceritakan semuanya dan sahabatnya itu menangis karena membayangkan dirinya akan dipecat. Jihyo bisa begitu melankolis jika berhubungan dengan pekerjaannya. Meskipun hanya seorang pegawai biasa, namun Jihyo begitu menyukai pekerjaannya di kantor.

"Aku akan meminta maaf padanya," Ujar Jihyo sedikit ragu, ia tak yakin bisa melakukannya. Meskipun ini semata untuk mempertahankan pekerjaannya, namun rasanya ia tak sudi meminta maaf.

"Dengan tulus, ingat?"

Jihyo yang kali ini menghela nafas, "Baiklah, secara tulus." Jihyo tersenyum miring, senyum yang begitu dipaksakan. "bahkan aku akan mengemis jika itu bisa membuatnya memaafkanku." Sejujurnya Jihyo hanya bergurau.

.

.

Jihyo datang bersama Sana. Malam ini ia terlihat cantik dengan gaun hitam yang membungkus tubuh rampingnya. Sebuah gaun dengan bagian belakangnya yang terbuka, mengekspos bahu dan punggungnya, juga bagian depan yang sedikit terbuka. Rambutnya yang ia sanggul sederhana memperlihatkan lehernya yang jenjang.

 Rambutnya yang ia sanggul sederhana memperlihatkan lehernya yang jenjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini milik Park Jihyo. Ia terlihat begitu sempurna.

Sana menggenggam tangan Jihyo, ia tahu bahwa Jihyo sedang gugup. Namun wanita itu masih mampu untuk berjalan anggun dan kehadiran mereka berdua sukses menarik perhatian beberapa pasang mata yang menatapnya kagum.

"Apa kau masih mengingatnya?" Tanya Sana, membahas calon atasan mereka.

Sejujurnya Jihyo masih mengingat bagaimana rupa pria itu. Rambut pria itu adalah bagian yang paling Jihyo hafal, selain kedua mata kelamnya yang begitu menusuk pandangannya. Pria itu memiliki mata yang tajam. Warna mata yang segelap malam.

"Itu.." Jihyo menggantungkan ucapannya.

Sana mengikuti arah pandang Jihyo dan— bingo! Ia mendapati seorang pria bertubuh tinggi dengan porsi sempurna seorang pria untuk disebut seksi. Sana bahkan sudah membayangkan sekeras apa pria itu di ranjang. Beruntungnya Jihyo bukan cenayang yang dapat membaca pikiran kotornya.

 Beruntungnya Jihyo bukan cenayang yang dapat membaca pikiran kotornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
You Are My Glory ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang