21

412 102 23
                                    

"Katakan padaku, Jihyo. Siapa yang menyakitimu?"

"Eh?"

Jihyo tersenyum canggung mendengar pertanyaan Sana. Ia berdeham kecil, memilih diam dan kembali menyalin puluhan lembar berkas di mesin fotocopy pagi ini.

"Matamu sembap. Terlihat jelas, bodoh."

Jihyo awalnya mengira mungkin Ravn mengadu pada Sana. Namun mengingat Ravn adalah tipe manusia setia kawan, sekalipun Ravn pun berteman dekat dengan Sana, pria itu tidak akan asal menceritakan sesuatu tanpa izin darinya.

Jangankan untuk menceritakan, untuk bertanyapun Ravn tidak akan melakukannya jika Jihyo tidak terlihat dalam mood yang bagus.

Bicara soal Ravn, sebenarnya saat ini Jihyo merasa bersalah. Semalam ia terlalu terbawa perasaan hingga membuatnya mengacuhkan Ravn datang jauh dari Busan hanya untuk bertemu dengannya.

Sebelum berangkat kerja, Jihyo hanya menyiapkan sarapan untuk Ravn, diam-diam menutupi tubuh Ravn yang tertidur di sofa dengan selimut, kemudian pergi bekerja tanpa membangunkannya. Mungkin nanti ketika pulang kerja ia akan kembali berbicara dengan Ravn.

Namun pagi ini, ia tertangkap basah oleh Nyonya Sana. Jihyo lupa bahwa ia tidak hanya memiliki satu sahabat yang over-protective, tapi masih ada satu sahabat gilanya yang lebih peka dan banyak bicara.

"Semalam aku menonton drama percintaan. Kau tahu, sangat menjijikan hingga membuatku menangis darah."

Jihyo memperlihatkan cengiran yang terlihat jelas dipaksakan, sedangkan Sana memicingkan kedua matanya menatap curiga. Tentu saja, mereka berdua sudah bertahun-tahun berteman. Berbohong adalah satu hal yang tidak akan pernah bisa dilakukan di antara keduanya.

Sana memilih diam dan melanjutkan pekerjaannya. Ketika ia melirik Jihyo, Sana mendapati gadis itu sedang meremas berkas di tangannya. Sana dibuat panik karena waktu mereka tidak banyak tapi Jihyo justru yang entah sadar atau tidak kini meremas berkas penting yang akan mereka salin.

Namun ketika ia melihat ke depan, ada Jeon Jungkook yang berjalan dari balik kaca besar di ruangan mereka dengan gaya bossy-nya di seberang sana, sekarang Sana mengerti apa yang membuat Jihyo seperti itu.

"Kepala team sudah menunggu kita di ruangannya dan ia akan marah jika berkasnya rusak, Jihyo." Sanq berbicara dengan suara tenangnya.

"Oh, sialan. Aku melamun, Sana."

Jihyo yang baru mendapatkan kesadarannya langsung merapikan berkas yang baru saja diremasnya dan meminta maaf dengan wajah penuh penyesalan.

"Kau tidak melamun," Sana yang sudah selesai dengan pekerjaannya mulai merapikan berkas-berkas dalam satu bundle. "Kau hanya terlalu terfokus padanya."

Jihyo yang tertangkap basah tidak memiliki alasan lagi untuk menyanggah. Ia ikut merapikan tugasnya dan berpura-pura tidak ada yang terjadi.

"Begini saja. Tugas ini, biar aku yang berikan pada kepala team." Sana mengambil semua salinan berkas yang mereka kerjakan. "Sekarang, kau lebih baik temui dia. Bicarakan apa yang perlu kalian selesaikan. Good luck." Sana menepuk bahu Jihyo sebelum pergi menyelesaikan pekerjaannya.

Jihyo ragu apa ia memang harus melakukannya atau tidak. Ia masih memikirkan harga dirinya jika lebih dulu menemui Jungkook, mengingat apa yang sudah pria itu lakukan padanya.

Namun memperhatikan Jungkook dari balik jendela ruangannya, memandangi dari jauh Jungkook yang kini sedang berbicara dengan rekan kantor lainnya, sepertinya terasa lebih menyedihkan bagi Jihyo.

Maka dari itu, ketika Jungkook selesai dengan urusannya dan pergi yang kemungkinan besar kembali ke dalam ruangannya, Jihyo memutuskan untuk pergi menemuinya.

You Are My Glory ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang