23

468 103 16
                                    

Hari ini Seokjin sudah kembali bekerja. Ia datang lebih pagi dari biasanya, dengan tujuan ingin mengerjakan beberapa tugasnya yang tertunda selama meliburkan diri karena menjaga Nayeon dan putranya, Jeon Soobin.

Beberapa pegawai bertemu sapa menyambut kehadirannya di lobi utama, memberi ucapan selamat untuk kelahiran cucu pertama di keluarga Jeon. Seokjin tersenyum ramah dan membungkukkan badan sebagai rasa syukur dan ucapan terima kasih.

Pintu lift terbuka dan mengantarkannya pada lantai 10. Langkah ringannya membawa Seokjin tiba di depan ruangan dengan siulan kecil, membuka pintu dan—

"Astaga!"

Jantungnya nyaris melompat keluar ketika mendapati seseorang tidur di atas sofa. Perlahan Seokjin melangkahkan kakinya masuk dan mendekat, hingga ia menyadari bahwa orang itu adalah Jungkook.

 Perlahan Seokjin melangkahkan kakinya masuk dan mendekat, hingga ia menyadari bahwa orang itu adalah Jungkook

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seokjin awalnya berpikir hari pertamanya di kantor akan langsung disambut oleh tumpukan berkas. Ternyata salah, Jungkook yang bertingkah semaunya kini menyambut kedatangan Seokjin dengan riang gembira. Sepertinya Jungkook sudah menjadikan ruangan Seokjin sebagai hotel pribadinya.

"Kau sudah gila?" Seokjin menaruh tas kerjanya di atas meja. "Apa kau seorang gelandangan? Tidak memiliki rumah? Tidak memiliki pekerjaan?"

Seokjin menghampiri Jungkook yang masih tidur membelakanginya dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Seokjin meraih bantal sofa dan menggunakannya untuk memukuli Jungkook hingga akhirnya bangun dan mengaduh kesal.

Jungkook duduk di sofa sembari mengacak rambut. Seokjin yakin bahwa adik satu-satunya itu bahkan belum sempat mandi ketika datang ke kantornya. Membuat Seokjin malu dan duduk di kursinya dengan menghela nafas berat.

Seokjin menekan tombol dial di teleponnya, meminta dua cangkir kopi untuk di bawa ke dalam ruangan. Tidak membutuhkan waktu lama hingga seorang pegawai mengantarkannya. Jungkook yang meraih kopi dan menyesapnya lebih dahulu.

Sekretarisnya tidak memberitahu bahwa ia akan kehadiran seorang tamu yang bahkan tidur dengan sesuka hati di ruangannya. Hal tersebut sebenarnya tidak membuat Seokjin heran, namun ia hanya sedikit terkejut dengan kehadiran Jungkook yang tiba-tiba.

"Ayah akan membunuhmu jika tahu kau terlalu sering bermain-main seperti ini, Kookie." Kali ini Seokjin yang meraih cangkir kopinya, menyesapnya pelan dan kembali duduk di kursi kuasanya.

Jungkook menguap lebar, satu cangkir kopi tidak membuatnya kehilangan rasa kantuk. "Aku tahu." Ujar Jungkook sembari menyandarkan punggungnya setelah menaruh cangkir kopi di atas meja.

"Lihat dirimu. Kau seperti berandal gila yang baru saja pulang dari klub malam dan menghabiskan banyak uang untuk berjudi." Seokjin menggelengkan kepalanya prihatin dilengkapi decakan pelan dari ujung bibirnya. "Atau bahkan, jangan-jangan kau menjadi seorang pengedar narkoba?!"

"Jangan bicara yang tidak berguna, Hyung." Jungkook mulai protes ketika Seokjin terus menceramahinya dengan ucapannya yang dibuat-buat. Jika berhubungan dengan Jungkook, Seokjin memang sedikit bawel.

You Are My Glory ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang