8

514 92 10
                                    

"Ravn?" Sana cukup terkejut melihat Ravn yang berada di hadapannya saat pintu lift terbuka. "Satu jam yang lalu aku bertemu Hwanwoong di sini, dan sekarang aku bertemu mantan kekasihnya di tempat yang sama."

Ravn tersenyum mendengarnya. "Lama tak berjumpa, Sana. Aku ingin bertemu Jihyo." Ravn masuk ke dalam lift namun Sana menarik tangannya dan membawanya keluar.

"Jihyo masih ada keperluan, lebih baik ikuti aku terlebih dahulu. Ada yang perlu kubicarakan denganmu, Bung."

Sana mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada Jihyo untuk segera menemuinya di lobby bawah, atau mungkin lebih tepatnya menemui Ravn.

Ravn menurut, berjalan di belakang Sana yang mengajaknya untuk duduk di salah satu sofa panjang— tempat para tamu untuk menunggu. Sebelumnya Sana juga duduk disini, hanya saja kali ini bersama Ravn, bukan Hwanwoong.

"Ada apa?" tanya Ravn, ia duduk di samping Sana.

Sana menyimpan berkas yang akan ia berikan ke bagian informasi di atas meja. Ia tak harus terburu-buru untuk memberikan berkas itu, jadi ia bisa mengobrol sebentar disini bersama Ravn.

"Hwanwoong menemuiku, dan kami membicarakan beberapa hal."

"Lalu?" Ravn mulai tertarik.

"Kupikir ia sedikit tersinggung saat aku menyuruhnya untuk kembali menjadi normal dibanding harus membantunya untuk mendapatkanmu lagi. Aku tak menyangka ada yang bisa tergila-gila dengan pria sinting sepertimu, Oppa."

Ravn tertawa mendengar ucapan asal Sana, kemudian berkata, "Kalau begitu buat dia menjadi normal, kalian mirip dan mungkin saja memang ditakdirkan sebagai pasangan."

"Dasar sinting!" Sana mencibir dan bersiap memukul Ravn dengan vas bunga di atas meja. Hari ini Sana nyaris melempar vas bunga sebanyak dua kali. "Sehun akan membunuhmu jika ia mendengarnya!"

"Ia tidak akan bisa membunuhku, karena Hwanwoong akan lebih dulu membunuhnya," gurau Ravn.

"Dasar pasangan gila!" Sana memukul lengan Ravn dengan keras. "Oke, maksudku mantan pasangan gila." koreksinya cepat.

Sana memeriksa ponselnya dan ternyata Jihyo sama sekali tak membalas pesannya.

"Kurasa nyonya Park sedang sibuk sampai mengacuhkan kita, Bung." Sana memasukkan ponselnya ke dalam sakunya.

"Ah, begitu," gumam Ravn pelan.

"Aku ada keperluan sebentar, Jihyo pasti akan segera menghubungimu." Sana mengambil berkasnya dan bangkit.

Ravn mengadah, ia menarik tangan Sana. "Sebentar, ada sesuatu yang ingin kutanyakan." Ravn menarik Sana untuk kembali duduk di sampingnya. Kali ini Ravn menegakkan tubuhnya dan menatap Sana serius.

"Apa?"

"Ada hubungan apa antara Jihyo dengan Jeon Jungkook? Aku tahu dia adalah pria yang menjabat sebagai atasan kalian, dia juga salah satu temanku."

Mulut Sana tiba-tiba membulat. "Jeon Jungkook? Oh, aku lupa kau sedang terlibat persaingan sengit dengan Sajangnim!"

"Persaingan sengit?"

"Tentu saja, bodoh, bukankah kalian berdua sedang memperebutkan posisi si pria pendonor sperma?" tanya Sana frontal, tanpa ada rasa khawatir akan ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Posisi pria pendonor sperma— persetan, apa maksudmu?"

Sana mendengus saat Ravn kembali bertanya. "Astaga, sejak kapan kau jadi sebodoh ini?"

"Aku hanya berpikir bahwa Jungkook saat ini berniat untuk menjadikan Jihyo menjadi salah satu wanita ranjangnya. Maka dari itu aku datang kemari untuk bertemu Jihyo, tapi kau justru berkata bahwa aku sedang terlibat persaingan sengit dengan Jungkook!" Ravn terlihat frustrasi.

You Are My Glory ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang