Chapter 22 - A Stranger in My Journal

14 2 0
                                    

Aku memandang kamus itu dengan lekat, belum ada keinginan untuk mengekspos lembaran di balik sampul tebal tersebut. Setiap jari-jariku masuk di antara lembaran, aku menariknya kembali, seolah tumpukan lembaran itu merupakan gigi hewan buas yang akan melahap jariku. Ugh, sekarang aku merinding membayangkannya.

Sebelum Sein menjelaskan lebih lanjut, aku sudah jatuh pingsan tiba-tiba. Hal terakhir yang kurasakan adalah tangannya yang menahan tubuhku agar tidak jatuh. Bila kita bertemu lagi, aku akan berterimakasih dan memintanya untuk menjelaskan lebih lanjut.

Helaan nafas keluar begitu saja dari bibir, menunjukkan kelelahan dan keraguan yang kurasakan. Kebiasaan buruk itu tetap ada disana, padahal Okaa-san sudah memperingatiku agar tidak sering menghela nafas. Hal itu membuatku terlihat seperti orang paling tersiksa di dunia ini, jadi aku terlihat seperti kurang bersyukur di dunia ini.

Kamus ini adalah Buku Kehidupan untuk Fraudulent, diturunkan dari generasi ke generasi.

Nama itu asing dan familiar di waktu yang sama. Sebuah paradoks yang membingungkan, seperti salah satu jenis manusia yang bisa kau temukan di berbagai wilayah. Ditambah, rasa takut melingkupi tubuhku, ditunjukkan lewat tanganku yang mulai berkeringat dingin. Kaki yang menyilang juga bergetaran, seperti saat Mirai mulai merasa gelisah besar.

Bagaimana Sein memiliki buku ini?

Misteri tentang gambaran padang salju yang kulihat saat pingsan juga belum terpecahkan. Rasanya seperti mengalami mimpi panjang, tetapi mimpi itu tersimpan di memori.

Aku masih ingat setiap kejadian yang terjadi. Seorang pemuda mengenakan jaket panjang kusam berbulu berjalan menghampiri, tudung yang dia kenakan menutupi setengah wajahnya, menyisahkan bibir pucat dehidrasi. Ada serigala abu-abu di sampingnya, menggeram ke arahku yang berdiri di atas salju merah, seolah ada darah yang disiram untuk menandai wilayah. Lalu, pemuda itu mengucapkan sesuatu, sebuah sambutan dengan nama orang lain. Bukan Yuuna atau Yunania.

Setelah pertemuan tidak jelas itu, aku terbangun di UKS, bertanya-tanya bagaimana aku bisa ada di sana.

Aku mengusap kamus itu. Kapan-kapan, aku akan membukanya.

"Eh? Lho?!"

Sampul kamus tersebut berubah menjadi buku kuno dengan sebuah permata di tengah-tengahnya. Di dalam lingkaran itu, ada enam simbol mengitari lingkaran, lalu simbol ketujuh mulai muncul. Seolah ada semacam mantra dimana efek transparan dihilangkan. Perubahan menakjubkan itu memberikan sebuah dorongan yang besar dalam diriku.

Lembaran pertama merupakan kata pengantar, untuk siapa buku itu ditujukan.

Kepada Yunania, Fraudulent Generasi Kedelapan.
Inilah permulaan barumu.

Buku itu kembali tertutup rapat, lalu terkunci dengan sendirinya. Aku memandang ke atas. Ketakutan kembali datang seperti tamu tak diundang. Mengapa selalu hal negatif yang tiba saat aku butuh sebuah suporter? Itu tidak membantu sama sekali!

Darimana buku itu tahu namaku, dan juga nama sihir yang tidak pernah kuberitahu orang lain? Mengerikan. Apa buku ini memiliki arwah? Apa Sein tengah menjebakku?

"Yunia, kau ngapain di dalam lemari?!"

Jeritan lolos keluar begitu saja saat pintu lemari terbuka lebar. Aku langsung menyembunyikan buku angker itu di sela-sela baju yang kulipat, lalu menekan lipatan paling atas agar tidak terlihat ada gundukan di sana. Dan, senyuman canggung terukir begitu saja saat pandanganku bertemu dengan tatapan bingung Lily.

"Hanya... menyendiri?" Itu jawaban yang bagus, Yuuna! Kau baru saja membodohi dirimu sendiri.

Bibirnya sedikit terbuka, sementara pupil mulai bergerak ke segala arah, seperti mencari sebuah jawaban dari apa atau siapa pun, lalu pandangannya kembali bertemu denganku. "Jangan di lemari juga. Nanti kau tidak bisa bernafas."

The Fraudulent: Severed MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang