Bila aku mengatakan bahwa aku trauma itu terlalu hiperbola. Racun itu tidak masuk ke dalam tubuhku, jadi aku tidak apa-apa. Aku juga tidak bisa mengatakan bahwa aku hampir mati karena aku tidak menghadapi persoalan tentang hidup-mati. Tetapi, reaksi di lingkungan membuat seolah-olah aku bangkit dari kematian.
Bahkan Mirai—yang biasanya paling overprotektif seperti pacar yang tak pernah kumiliki—bereaksi biasa saja. Yah, dari segi bicara, karena aksinya yang membicarakan seluruh kekhawatirannya. Untung saja dia tidak mencicipi makananku terlebih dahulu untuk memastikan itu diracuni atau tidak.
"Tapi kalau aku dapat jujur," semua perhatian tertuju pada Lily yang tengah memotong ayam katsu, "Semua kejadian aneh yang biasanya tak terjadi menjadi nyata sejak kau datang."
Aku berhenti mengunyah, memandang kakak kelas itu dengan heran. "Apa aku semacam pembawa sial?" Karena pertanyaan asal ceplos itu, Mirai menendang kakiku sebagai peringatan.
"Enggak seperti itu juga," ujar Mirai sambil memberikan tatapan tajam pada Lily. "Tahun ajaran ini saja sedikit kacau, bukan karena Yunia."
"Bisa jadi." Eri mengangguk. Aku yakin dia hanya mendengar separuh, dan kembali fokus pada hidangan makan siangnya. "Tapi Yuu, aku ingin nanya."
"Kenapa?" Tanyaku diselingi suara kunyahan. Cepat-cepat aku menjadikan makanan itu lebih halus sebelum ditelan agar bisa menjawab pertanyaan Eri.
Pandangannya jatuh ke bawah, ke arah pangkuanku. "Kau ngapain bawa totebag, padahal sudah ada loker di kelas?"
"Aku juga ingin menanyakannya tadi," ujar Lily.
"Tentu saja untuk membawa barang-barang. Apa lagi kegunaan tas?" Aku menatap mereka aneh. Ada-ada saja pertanyaan mereka.
Rasa seperti ditusuk ribuan tajam muncul di samping kepala. Aku menoleh ke kiri, dimana Mirai menatapku seperti ingin menatap langsung pada jiwaku. Menyeramkan, tatapan intens itu seperti seekor mangsa yang tengah memantau hewan buruannya.
Dia membaca pikiranmu.
Ah, pantas saja tatapannya seperti memberi peringatan. Aku tersenyum agar apa pun yang terbesit di dalam pikiranku sekarang menghilang, lalu kembali fokus pada sayuran bercampur mayonaise.
Setelah Peony menyampaikan itu, Minerva-senpai dan semua siswa di ruangan diinterogasi oleh Ketua OSIS, jadi semua murid khusus di ruangan itu harus pulang telat. Karena itu, aku bisa menangkap beberapa kebingungan dan gelisah, tapi ada juga yang mengumpatiku karena sudah mencari masalah. AYOLAH! Bila aku ingin cara masalah, aku bisa menggunakan cara lazim, tidak membuat diriku menjadi korban dari kekacauanku sendiri. Pakai otak, dong!
Eri menyadari komentar tidak berguna itu langsung melototi murid di bekalakangku dengan tajam. Tiba-tiba, lengan kami saling bertautan sangat erat, Eri menggandengku begitu posesif. Aku sangat berterimakasih pada hal itu karena aku membutuhkan kepastian di tengah kacaunya malam.
Sayangnya, berita itu tak berhenti disana. Ada lagi rumor yang mengatakan bahwa aku lah yang melukai murid beberapa hari yang lalu. Itu terdengar tidak masuk akal, karena aku ada di kelas sedaritadi bersama Shirogane-san, dan—bila dia mau—Shirogane-san bisa menjadi saksiku.
Aku menghembuskan nafas kasar, lalu berjalan lunglai ke kursi taman. Padahal aku tidak melakukan hal berat, namun rasanya aku ingin tidur saja 24 jam. Bila bisa, aku ingin tidur sampai semua hal ini berlalu.
"Kau benar-benar populer, Yun-Yun."
"Apa itu ejekan?"
Pelajaran terakhir menjelang jam pulang sekolah, sensei izin tidak masuk karena istrinya berada di rumah sakit. Itu kebebasan bila kita menyampingkan tugas yang diberikan sebelum beliau pergi. Sebagian murid mengerjakan tugasnya, ada yang sekaligus bercanda dengan satu sama lain, bahkan ada murid yang tidur. Aku tidak termasuk dalam kategori ketiga murid itu, karena aku bolos ke taman yang pernah kukunjungi bersama Vanessa.
![](https://img.wattpad.com/cover/227171144-288-k64029.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fraudulent: Severed Memories
Fantasia[FANTASY + (Minor)ROMANCE] Yuuna pikir dia akan menyimpan rahasia terbesarnya seumur hidupnya, tapi pemikirannya salah. Kedatangan surat itu mengubah hidupnya 180 derajat. Karena itu, bukan dia saja menjadi target dari Kegelapan, melainkan teman-tem...