Chapter 23 - Poison Attempt

10 1 0
                                    

Kelompok pertama yang melakukan patroli adalah kelompok Triton dan Carme, kelas sebelas dan dua belas. Jadwal itu baru saja diberikan setelah pemberitahuan dari duo pihak akademi, maka mereka dibebaskan dari kelas malam sampai usai. Awalnya, banyak murid yang mengeluh dan memilih mengikuti kelas dengan ratusan lambang aneh, daripada jalan malam menggunakan senter lalu digigit nyamuk. Namun, semua langsung semangat saat mendengar sistem poin yang dapat diubah sebagai penambahan.

"Eh, aku lihat ke arah sini, ya!" Seru salah satu dari mereka, mulai memisahkan diri dari gerombolan. Pemimpin dari kelompok itu mengacungkan jempol, memberi izin padanya untuk pergi sendiri.

Ravyn tersenyum lebar sambil tertawa puas di dalam hati, mulai mempercepat diri ke arah pepohonan tinggi. Dia mematikan senternya agar tidak menarik perhatian orang lain. Setelah sampai di mulut hutan, langkah kakinya memelan, menghilangkan desrik rumput yang nyaring.

Dia menoleh ke belakang, memastikan tidak ada satu pun jiwa, lalu kembali menatap ke depan.

Rencananya tidak berjalan semulus yang dia kira, karena sebuah cahaya perlahan mendekat bersama dengan semilir angin yang membuat tengkuk leher merinding. Rasanya dia berada dalam adegan film horor. Dia menahan matanya agar tidak melirik ke belakang, meskipun nyawanya berada di ambang pisau.

"Bukannya ada larangan jangan masuk ke dalam hutan?"

Bisikan itu membuat bulunya merinding. Saat Ravyn ingin menoleh ke belakang, matanya langsung ditutup oleh tangan bercahaya. Daripada kegelapan total, yang dia temukan adalah latar merah bernyala saat membuka mata, tidak diperbolehkan untuk melihat siapa yang menutup pandangannya.

Ravyn mengeluarkan tawa dari hidung. "Aku mengenalmu."

"Makasih udah ingat," balas pemilik tangan dengan ceria. "Sebaiknya kau kembali ke rombongan. Bukannya juga dikatakan agar tidak berpisah dari kelompok, ya?"

"Apa kau tidak ingin tahu kenapa mereka melarang kita memasuki hutan?"

"Hmm, tidak juga!"

Menyebalkan. Dia kira bila malam ini akan berjalan lancar, karena situasi masih lengah dan banyak bocah bodoh yang naif kepada dunia luar. Tapi selalu saja ada satu orang yang coba menghentikannya. Dan kebetulan, pemilik tangan dan suara itu merupakan sosok yang menghentikan melakukan sesuatu pada si anak baru.

Perasaan tahun kemarin dia masih bisa bergerak bebas.

"Balik ke rombongan, ya! Ternyata banyak teman-temanmu bertanya kau pergi kemana!" Entah bagaimana, Ravyn tahu bahwa perempuan itu tengah tersenyum di balik tangan penutup. "Jangan berbuat hal aneh lagi, ya!"

Tubuhnya terasa didorong pelan. Meski kekuatannya hanya segitu, Ravyn yakin dia tetap berdiri tegap, lalu menertawai perbuatan bodoh yang dilakukan perempuan itu. Tetapi dorongan kecil itu memberikan sensasi jatuh yang menakutkan, seolah dia melompat ke samudra terdalam dan tergelap.

Sensasi melayang itu telah hilang. Sentuhan dari rumput kering terasa di bawah tangan, sebuah kelembutan dan kasar yang disatukan. Ravyn membuka mata, menemukan dirinya kembali di belakang akademi dengan jarak lebih jauh ke mulut hutan.

"Ternyata kau disini, Rav!" Salah satu teman sekelasnya berlari menghampiri. "Kau ngapain duduk di tanah?"

Balasan pertama adalah tawa canggung, seolah dia juga bertanya apa tengah dia lakukan. "Aku cape. Patrol ini menguras banyak tenaga."

"Heleh, enggak usah lebay!"

Ravyn hanya tertawa, meski hatinya tengah mengumpati gadis misterius yang akan menjadi dalang di balik gagalnya rencana.

-

Semalam, rasa kantuk tiba begitu saja, maka aku langsung menarik selimut sampai leher setelah menggosok gigi. Semuanya baik-baik saja. Pikiranku kosong, jadi tidak ada yang membebani kepala untuk menantikan hari esok. Namun, efek kepikiran itu tiba saat aku memakan sarapan. Terngiang-ngiang suara Lily membicarakan "pawang" Shirogane-san, entah apa maksudnya.

The Fraudulent: Severed MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang