PAGE 11

9.7K 967 36
                                    

I'm sorry guys I've been so busy lately, Tolong maklumin kalo updatenya lama😩🙏🏻

Selamat Membaca❣️
Jangan lupa Vote yaw, lov u even stars and moon collide.

🦋🦋🦋🦋

Jenovan mengendarai Mustang berwarna hitamnya diatas kecepatan rata-rata mengabaikan bunyi klakson yang ia dapatkan ketika mobil dua pintu itu menyalip zig-zag

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jenovan mengendarai Mustang berwarna hitamnya diatas kecepatan rata-rata mengabaikan bunyi klakson yang ia dapatkan ketika mobil dua pintu itu menyalip zig-zag. Jenovan berbelok memasuki sebuah gedung rumah sakit, laki-laki itu memparkirkan mobilnya dengan cepat.

Kemudian berjalan memasuki rumah sakit dengan tidak sabaran, laki-laki itu berdiri resah menunggu pintu lift di hadapannya terbuka. Mata gelapnya tidak berhenti menatap tajam angka yang mulai bergerak turun.

Ting

Segera Jenovan memasuki lift, menekan angka 4. Entah hanya perasaanya saja atau tidak namun Jenovan merasa lift ini bergerak sangat lambat membuatnya tanpa sadar berdecak tak sabar. Setelah sampai di lantai 4 Jenovan tanpa basa-basi melangkahkan kaki panjangnya menyusuri lorong demi lorong rumah sakit sampai kakinya berhenti di sebuah pintu.

Laki-laki itu masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu membuat sang pemilik ruangan terkejut.

"Jeno?" Kaivan sontak berdiri mendapati pelaku yang masuk tanpa sopan satun adalah adiknya sendiri.

Jenovan menatap Kaivan datar laki-laki itu memilih mendudukkan dirinya sendiri di depan meja Kaivan yang masih terkejut akan kehadiran dirinya.

"Jantung gua bermasalah" Tutur Jenovan to the point.

"Apa!? Bermasalah gimana?" Mata Kaivan terbuka lebar setelah mendengar ucapan Jenovan, dengan cepat Kaivan mendekati Jenovan panik.

Laki-laki berpakaian jas dokter itu mengeluarkan stetoskop dan menempelkannya di dada Jenovan. Dengan tampang serius Kaivan mendengar setiap detak jantung laki-laki itu.

"Normal kok" Ucap Kaivan lega, tangan laki-laki itu mengecek denyut nadi di pergelangan tangan Jenovan yang juga terasa normal.

"Coba lo cek lagi" Ucap Jenovan menuntut. Kaivan menghela napas namun ia tetap memeriksa Jenovan sekali lagi dan hasilnya tetap sama.

"Jantung kamu sehat" Kaivan memasukan kembali stetoskop ke dalam kantung jas lalu duduk menyender di meja.

"Kamu? Geli" Bahu Jenovan bergedik mendengar ucapan kakaknya.

Kaivan melempar cepat pulpen yang langsung ditangkap Jenovan "Kalo ngomong sama yang lebih tua harus sopan"

Jenovan mengabaikan ucapan Kaivan, laki-laki itu memilih mengedarkan pandanganya mengamati ruangan. Ini pertama kalinya ia mengunjungi tempat kerja kakaknya.

Suddenly I'm Become Babu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang