PAGE 23

5.5K 544 42
                                    

NOTE : Halo semuanya!! Apa kabar?? Aku mau minta maaf banget karena baru update setelah sekian luamaaa dan makasih banget buat yang udah setia nungguin Babu *hiks terharu deh🤧*

Fyi, semester 5 brutal banget WOEEE!!! Kalo abis ngampus sampe rumah bawaanya mau rebahan aja karena udah cape banget jadi aku bener-bener gak sempet buat lanjutin Babu.

Ga ada niatan buat ghostingin kalian kok hehe, lov u.

...

Selamat Membaca❣️
Jangan lupa vote yaw, spread love for everyone.

🦋🦋🦋🦋

Dahi Gabriel sedikit berkenyit kala matanya menangkap sosok Anya di depannya yang memasuki sebuah pintu.

"Eh loh Anya?" Dari balik pintu yang belum sepenuhnya tertutup Gabriel bisa mendengar suara terkejut Rainer.

"Jeno ada?"

Gabriel melihat punggung Anya yang berjalan menjauh dari celah pintu, barulah laki-laki itu memasuki ruang pribadi Jenovan ketika punggung gadis itu menghilang memasuki lorong.

"Oy Gab, nggak kelas?" Sapa Rainer yang hanya dibalas lirikan sekilas Gabriel.

"Yeh, kalo ditanya tuh ya dijawab dong mas" Seolah tuli Gabriel melangkah menuju sofa di seberang Rainer. Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya dan mulai fokus bermain game.

"Ya emang salah gua sih nanya lo" Rainer mendesah pasrah melihat Gabriel yang sibuk dengan ponselnya. Rainer kembali merebahkan tubuhnya mencoba memejamkan matanya. Kemudian tak lama bibir laki-laki itu berdecak.

"Ah anjir gua penasaran!" Rainer terduduk mengacak rambut curlynya. Laki-laki itu menatap lurus Gabriel "Lo tau, tadi An-"

"Kenapa lo ada di sini!?"

Belum sempat Rainer menyelesaikan kalimatnya suara Jenovan yang keras terdengar dari arah dapur membuat Rainer semakin kepo. Laki-laki itu berdiri menatap Gabriel yang pandanganya masih lurus ke arah ponsel.

"Gab, ngikut gak?"

"Sibuk" Sahut singkat Gabriel. Rainer memutar bola matanya malas. Laki-laki berwajah imut dengan rambut curly itu berjalan menuju lorong, dengan diam Rainer mengintip di balik dinding.

Di depan sana ia melihat Jenovan dan Anya yang sedang berbincang sampai dimana Jenovan menyudutkan gadis itu ke dinding dan membuat posisi ambigu. Dengan kecewa Rainer pergi membalikkan badannya.

"Gua kira bakal ada adegan berdarah taunya adegan plus plus"

Jari Gabriel berhenti bergerak di layar ponselnya ketika mendengar ucapan Rainer yang sudah kembali mendudukkan dirinya di sofa. Laki-laki itu setengah melempar ponselnya ke samping lalu berdiri tegak.

"Lo mau kemana?" Melihat Gabriel yang tiba-tiba berdiri membuat Rainer bingung.

"Haus" Gabriel melangkahkan kaki jenjangnya dengan cepat menuju lorong. Ia tidak tahu kenapa ada perasaan gatal dihatinya ketika mendengar ucapan Rainer. Dan karena ucapan Rainer itulah membuat Gabriel di sini, berdiri menjulang, melihat Jenovan yang sedang menyudutkan Anya. Bahkan laki-laki itu menangkup wajah Anya dan Gabriel bisa melihat tatapan Jenovan yang tidak biasa memandang gadis itu. Sebagai laki-laki tentu saja Gabriel paham tatapan itu.

Tatapan sarat akan penuh ketertarikan dan kepemilikan.

Dan

Gabriel tidak suka melihatnya.

Suddenly I'm Become Babu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang