PAGE 19

7K 751 31
                                    

Selamat Membaca❣️
Jangan lupa Vote yaw, spread love for everyone.

🦋🦋🦋🦋

"Ck, mau sampai kapan dia sembunyi di kamar mandi?" Anya berjalan mondar-mandir di depan lorong, sesekali dirinya celingak-celinguk menunggu suara pintu kamar mandi yang dibuka "Apa gue samper aja?"

"Nggak, nggak boleh. Tar udah di cap cewek mesum nambah jadi cewek agresif lagi. Makin jelek aja citra gue"

Tak lama setelah mengatakan itu suara pintu terbuka membuat Anya melotot dan segera berlari menuju sofa bahkan gadis itu sampai melompat saking paniknya, Anya mengeluarkan ipad miliknya dari dalam tas dan berpura-pura sibuk.

"Inget lo harus tenang, act cool! Anggap wajah Gabriel yang salting cuma mimpi" Gumam Anya. Gadis itu menampar beberapa kali bibirnya sendiri yang gatal ingin tersenyum lebar. Ingat, act cool!.

Suara langkah kaki Gabriel kian mendekat sampai terpampanglah batang hidung laki-laki itu yang keluar dari lorong dengan raut wajah ciri khas Gabriel.

Gabriel melirik Anya yang sedang fokus pada ipadnya meskipun begitu ia sedikit lega melihat tampang Anya yang biasa saja. Karena selama berdiam diri di kamar mandi Gabriel memikirkan.

Apa Anya mendengar debaran jantungnya?

Kalau bisa ingin rasanya Gabriel pulang, tapi ia tidak bisa meninggalkan Anya begitu saja di tempat ini. Membuatnya mau tidak mau harus bertatap muka kembali dengan gadis itu.

Anya mendongak melihat Gabriel yang diam berdiri menatap dirinya lurus dengan tangan terlipat di depan dada. Alis Anya menaik singkat dengan pandangan bertanya.

Gabriel yang lelah menerka-nerka akhirnya memutuskan untuk bertanya langsung karena ia butuh kepastian. Gabriel menarik kursi mendudukkan dirinya di sebrang sofa yang diduduki Anya, Kini sebuah meja menghalangi mereka.

Mata Anya menyipit melihat kelakuan Gabriel. Wah, apa dia jaga jarak sama gue?

"Apa lo denger detak jantung gua?" Ucap Gabriel lancar dengan tenang. Laki-laki itu menarik napas bangga pada dirinya sendiri karena berhasil melontarkan kalimat itu dengan tenang. Sepertinya latihannya di cermin kamar mandi tadi tidak sia-sia.

Anya dibuat terkejut ia tidak mengira kalimat tersebut akan keluar dari mulut Gabriel. Kalau di ingat-ingat Gabriel itu memang selalu to the point. Anya mulai sekarang harus membiasakan dirinya.

Bibir Anya tersenyum jahil ia menyilangkan kakinya menatap Gabriel menggoda "I-"

Baru satu kata yang keluar Gabriel sudah lebih dahulu berbicara. "Jangan salah paham, jantung manusia akan berdetak lebih cepat dari biasanya karena hal-hal yang membuat manusia itu terkejut dan untuk yang tadi gua terkejut karena gak liat ada lo di belakang jadi.."

"Jadi itu hal yang wajar ketika jantung lo berdebar kaya orang habis marathon? Oke, oke gue paham" Sambung Anya sambil mengangguk. Luntur sudah senyum jahilnya tergantikan dengan wajah kesal tertahan.

"Bagus kalau lo paham" Sahut Gabriel cepat. Laki-laki itu memilih menatap sekitar mengabaikan Anya. Ia jadi menyesal menarik kursi tepat di hadapan Anya membuatnya bisa merasakan tatapan gadis itu yang terus menatap dirinya.

Anya bertopang dagu menimang, apakah dirinya perlu mengatakan bahwa ia melihat Gabriel yang tersipu? Sepertinya akan seru kalau melihat laki-laki itu kelabakan.

"Apa ada yang mau lo omongin?" Tanya Gabriel yang sadar bahwa Anya memang sedang menatap dirinya terang-terangan.

"Bisa lo jelasin kenapa muka lo merah tadi?" Tanya Anya santai. Emangnya Gabriel doang yang bisa to the point?

Suddenly I'm Become Babu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang