PAGE 22

7.1K 691 57
                                    

Selamat Membaca❣️
Jangan lupa Vote yaw, spread love for everyone.

🦋🦋🦋🦋

Anya berjalan perlahan di lorong, pandanganya menatap lurus punggung Gabriel yang berjalan tepat di hadapannya. Terdengar beberapa kali bunyi helaan napas dari gadis itu.

Anya menimang di dalam hati, haruskah dia membuka topik duluan mengenai kapan Gabriel akan mengajarinya panah? Karena laki-laki itu tidak mengatakan sepatah katapun setelah kepergian Pak Luca.

"Aw!" Anya meringis ketika dahinya menabrak sesuatu yang keras dan sesuatu itu tidak lain dan tidak bukan adalah punggung Gabriel yang tiba-tiba berhenti. Anya mendongak hendak menumpahkan protes namun seketika nyalinya menciut melihat tatapan Gabriel.

"Mau sampai kapan lo ngikutin gua? Apa gua juga harus ngundang lo masuk?" Anya menggeser pandangnya melihat pintu di belakang Gabriel. Gadis itu mengerjap panik, karena terlarut akan pikirannya sendiri membuat Anya tanpa sadar mengikuti Gabriel sampai ke depan kamar mandi laki-laki.

"Apaan sih, nggak ya!" Anya berbalik badan cepat memasuki pintu kamar mandi perempuan yang saling berhadapan dengan kamar mandi laki-laki.

Anya memasuki kamar mandi dengan memasang wajah poker face membalas tatapan para siswi yang menatapnya sinis terang-terangan. Anya merutuki Gabriel di dalam hati karena laki-laki itu yang membuat Anya mau tak mau harus memasuki kamar mandi yang masih dipenuhi para siswi. Sebelumnya Anya menunggu kamar mandi kosong barulah ia masuk dan mengganti pakaiannya dengan seragam olahraga namun sekarang ibaratnya sudah terlanjur nyebur maka mau tak mau harus basah sekalian.

Mengabaikan tatapan para siswi, Anya memasuki bilik kamar mandi yang kosong dan seperti dugaanya para ular itu mulai mengeluarkan bisanya.

"Gue kira si udik anak polos tapi ternyata kelakuannya kaya jalang!" - Siswi A.

"Haha betul banget. Bisa-bisanya dia main nyosor cium ayang gue di depan sekolah! Murahan banget ew!" - Siswi B.

"Menurut gue dia udah gak waras gara-gara kelamaan dicampakin Jeno hahaha!" Siswi A.

Anya mendengarkan dalam diam sembari mengganti seragamnya. Ia sangat kesal bagaimana bisa dirinya yang dikira mencium Jenovan!? Memangnya semuanya buta hah!? Jelas-jelas yang main nyosor itu Jenovan.

"Tapi lo merasa aneh gak sih waktu dapet pesan serentak dari nomor anonim? Kita semua tau babu di sekolah ini cuma Anya dan majikannya adalah Jeno. Tapi masa iya Jeno?" - Siswi C.

Pesan serentak dari nomor anonim? Kenapa dirinya tidak mendapati pesan apapun?

BRAKK

Anya mendorong pintu dengan keras membuat 3 siswi yang sedang berjulid berjengit terkejut. Anya berjalan mendekati 3 siswi itu dengan aura mengintimidasi, mata kucingnya menatap tajam.

"Apa maksud lo pesan serentak dari nomor anonim!?" Anya berucap tajam dengan tangan terlipat di depan dada, menyudutkan 3 siswi yang berjalan mundur tanpa sadar.

"Lo gak dapet ?" Tanya siswi C ragu-ragu. Matanya melirik kedua temannya yang berdiri di samping kanan kiri gadis itu.

"Apa isi pesannya!? Kenapa nama gue di sebut-sebut!?" Sentak Anya keras. Segera siswi C itu mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan isi pesan yang ia dapat dari 4 hari yang lalu.

Jangan ganggu babu gua atau lo semua akan berurusan sama gua.

Ps : Gua gak perlu sebut nama kan?

Terkejut? Tentu saja Anya terkejut. Dari isi pesannya saja Anya sudah tahu siapa pengirim pesan itu. Tapi kenapa? Kenapa Jenovan melindungi dirinya?

Melihat Anya yang terdiam dengan alis berkerut, siswi C menurunkan ponselnya perlahan, 3 siswi itu mengamati Anya yang melangkah mundur lalu berjalan menuju wastafel.

Suddenly I'm Become Babu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang