Chapter 5

1.2K 203 74
                                    

Music on multimedia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Music on multimedia

Warning ⚠️
Self harm, bunuh diri

(Note: sebutan aku-kamu, lo-gue, digunakan sesuai situasi dan kondisi)

***

Minho masih di sana, di tempat yang sama, tempat lembab yang menjadi saksi betapa buruknya hubungan cintanya. Dia pegang perutnya yang nyeri, sementara punggungnya membungkuk untuk kurangi rasa nyeri itu. Hidungnya pun terasa perih; akibat terlalu banyak air yang masuk.

"Changbin berengsek!" Umpatnya. Dia coba bangkit dari posisinya. Namun berkali-kali dicoba tetap saja dia jatuh tersungkur. Kakinya lemas bukan main.

Pemuda manis yang rambutnya basah kuyup itu diam sebentar. Dia tarik kaki kirinya mendekat, memerhatikan bagian tungkai yang sejak tadi terasa berdenyut. "Shh..." Bibirnya refleks meringis melihat lebam kebiruan di sana. Changbin pasti menginjaknya tadi. Dia pilih lepaskan sepatunya dan pelan-pelan coba bangkit lagi dari posisinya.

Dengan seluruh tubuh nyaris gemetar Minho keluar dari kamar mandi. Merambat sana-sini dan menumpukan diri pada dinding. Dia bisa lihat pecahan kaca berserak di lantai. Pemuda manis itu diam, terpikirkan akan sesuatu. Dia jalan dekati pecahan itu dengan tertatih. Meski akhirnya harus rela tersungkur dan menyebabkan luka pada telapak tangan kanan dan kiri. Namun yang mengherankan justru tidak terasa sakit sama sekali.

"Lo pikir gue nggak berani," bisiknya dengan seringaian yang perlahan menghias wajah eloknya. "Gue udah biasa, Biin..." Dia hembuskan napas dengan sedikit tersendat setelahnya. Dia benar-benar lelah raga dan batin.

Salah satu tangan berbalut kulit putih bersih dan lembut itu mengambil pecahan paling besar di sana, cukup tajam, dan perlahan dia goreskan ke pergelangan tangan. Tidak dalam, hanya ingin bersenang-senang dengan membuat tanda vertikal dan horizontal. Garis yang dibuat pun tidak panjang-panjang, tapi cukup untuk setetes dua tetes darah jatuh ke lantai.

"Ini untuk pukulan-pukulan yang lo kasih ke gue," satu goresan di sebelah nadi. "Ini untuk makian lo buat gue," satu goresan lagi, "ini untuk rasa cinta lo ke Felix," satu goresan lagi, dan terus bergores seiring tiap kesalahan yang Changbin lakukan. Hanya dengan cara ini dia merasa lebih baik. Dia tidak bisa menghukum Changbin, maka hukum diri sendiri.

***

Chris mengelap dengan wajah datar gelas-gelas di tangannya. Meski tangan bekerja, tapi pandangannya tidak lepas dari sosok sahabatnya yang kini asik menari di lantai dansa. Bukan masalah jika Changbin hanya menari dan bersenang-senang, tapi ini, dia menari bersama sosok yang dia benci. Benci sampai ke ubun-ubun.

Ttak

Daniel, rekan bartender Chris menoleh saat dengar hentakan keras itu. "Lo kenapa?" Tanyanya bingung. Namun Chris tidak beri jawaban dan pergi meninggalkan counter. Ia ikuti kepergian rekannya itu dan matanya membelalak saat lihat Chris menyeret seseorang keluar diikuti satu orang lainnya. Mau tidak mau dia ikut, takut terjadi sesuatu.

PATH OF SACRIFICE | MINBIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang