Di hari itu, Minho tanya kenapa dia tidak diantar pulang ke kosannya. Dan Hyunjin jawab, dia tidak tahu di mana letak kos Minho karena saat dijemput, tidak lama kemudian Minho pingsan. Jadilah dia dibawa ke apartemen Hyunjin. Dan ini sudah berjalan tiga hari.
"Hp gue mana ya, Jin?"
Di hari ketiga itu juga Minho baru sadar kalau dia tidak pernah pegang handphonenya lagi. Hyunjin tunjuk dengan dagunya, "di meja sana," katanya.
Itu adalah meja di depan kasur. Handphonenya dalam keadaan mati karena sudah beberapa hari tidak diisi daya.
"Mau diambilin?" Tawar Hyunjin dengan nada bicaranya yang selalu lembut. Dan tanpa tunggu jawaban dia melangkah untuk ambil handphone hitam milik Minho, lalu diberikan pada si pemilik.
"Mau gue chargerin?" Tawar Hyunjin lagi.
Minho tersenyum nyaris meringis dengan mata melengkung segan. Suaranya mencicit bilang, "makasih."
Selama tinggal di apartemen Hyunjin entah kenapa Minho merasa jauh lebih aman, lebih diterima, dan merasa nyaman. Perasaan ini jelas berbeda dengan saat-saat dia di apartemen Changbin yang notabene pacarnya. Tanpa sadar kenyataan itu menurunkan kebahagiannya. Bibir bawa merah muda itu melengkung sedih.
"Kenapa?"
Nada lembut bernada tanya itu bukanlah apa yang Minho harapkan untuk hadir. Namun herannya selalu datang tanpa disangka-sangka.
Minho menggeleng dengan senyum tipis di bibir, "nggak apa-apa. Makasih ya, Jin, udah mau nampung gue di sini."
Tubuh semampai Hyunjin perlahan duduk di pinggir kasur yang Minho duduki. Dia pandang wajah babak belur Minho dengan sorot teduh, "bukan apa-apa," katanya.
Sebenarnya dia gatal ingin tanya masalah apa yang dihadapi sampai hal buruk tiga hari lalu terjadi, siapa yang melakukannya, kenapa dilakukan, dan kenapa Minho tidak melawan.
"Minho," panggil Hyunjin. Minho yang menunduk mengangkat kepalanya. Dia kernyitkan dahinya bingung. Nada bicara Hyunjin jelas sedang menimbang-nimbang apakah dia harus melanjutkan ucapannya atau tidak.
"Mau tanya sesuatu?" Tanyanya pada akhirnya.
Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan selain mengangguk. Hyunjin perbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman. Pinggangnya dan kaki Minho saling singgungan dengan terhalang selimut tebal.
"Siapa... Siapa yang ngelakuin ini?"
Sorot mata itu, Minho tertegun. Dia teguk liurnya. Ingin jujur, tapi dia tidak mau Changbin buruk di mata orang lain. Cukup dia saja yang tahu buruknya pemuda itu. Namun sayangnya Hyunjin tentu bisa menebak. Dia hanya ingin mendengar kejujuran dari sosok pemuda yang ia kagumi.
"Changbin?" Tebak Hyunjin.
Minho terhenyak. Dia tidak bisa mengelak karena mata bulat yang terbuka lebar sudah menjelaskan segalanya. Hyunjin sudah bisa menyimpulkan siapa yang melakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATH OF SACRIFICE | MINBIN [✓]
FanfictionHubungan yang dipertahankan hanya dari satu pihak sudah pasti sulit bertahan, tapi Minho pikir tidak apa untuk mencoba. ... "wajar sih, gue kalo jadi cowok lo juga pasti berantem tiap hari. Dan kalo gue cowok lo, kayaknya udah putus dari hari pertam...