Warning!
Bunuh diri, depresi***
Minhyuk rasa dia sudah tidak bisa menangani Minho seorang diri di rumah. Orang tuanya tidak bisa diharapkan, mereka tidak peduli sama sekali, lepas tangan tentang kondisi adiknya.
Jika saja waktu bisa diulang kembali, Minhyuk tidak akan merekomendasikan adiknya untuk berkuliah di kampusnya sekarang. Jika Minho tidak kuliah di sana, dia pasti tidak akan kenal dengan Changbin, dan tidak akan sehancur ini.
"Minho?" panggilnya pelan. Kamar gelap yang hanya diterangi sinar matahari dari ventilasi udara itu terasa pengap dan buat dadanya sesak. Namun, meski begitu dia masih bisa melihat figur kurus Minho yang dari hari ke hari semakin memprihatinkan. Tubuhnya tidak terurus dan kejiwaannya pun patut dipertanyakan.
"Kakak..."
Minhyuk menyambut tangan yang terulur didepannya. Menggenggamnya hati-hati karena takut melukai si pemilik.
"Aku, aku udah boleh ke kampus, kan?" pintanya penuh harap.
Tegukan liur yang berat sulit dilakukan. Minhyuk menahan diri dan mempersiapkan suaranya agar tidak bergetar. "Bukannya lagi libur semester?"
Manik bening Minho yang tidak ikut berubah seperti halnya fisiknya yang lain memandang si kakak bingung. "Masa?" Dia nampak tidak percaya. "Nggak kok," lanjutnya lagi.
Hati-hati Minhyuk beranikan diri untuk menarik tangan Minho dan menggenggamnya lebih erat dari sebelumnya. "Lagi libur, libur semester."
"Tapi aku mau ketemu Changbin," ujar Minho dengan bibir bawah yang turun. Dia rindu pacarnya. Rasa rindunya sudah tidak bisa ditahan.
"Ketemunya nanti kalau udah masuk kuliah, Min."
"Beneran?"
Dengan berat hati Minhyuk menjawab, "iya, bener." Walaupun seratus persen dia yakin dia tidak akan pernah membiarkan adiknya bertemu dengan si berengsek Changbin lagi.
***
Minhyuk berjalan cepat di lorong yang tidak terlalu ramai. Terlalu fokus dengan berkas di tangan buat dia tidak sadar sekitar hingga tidak sengaja menabrak seseorang. Dia terlalu terburu-buru untuk sampai di rumah.
"Duh, maaf, maaf, gue nggak sengaja."
"Kalo jalan tuh pake mat-"
Jisung terdiam saat melihat nama tidak asing di atas kertas. Minhyuk hampir ambil kertasnya yang berserakan. Namun, Jisung sudah lebih dulu mengambilnya. "Ini...?"
"Balikin," pintanya, tapi tidak ada jawaban dari Jisung. Jadi dia lanjut berbicara, " Gue minta maaf udah nabrak lo, gue lagi buru-buru tadi, makanya-"
"Bukan itu masalahnya," potong Jisung. "Lo siapanya Minho?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PATH OF SACRIFICE | MINBIN [✓]
FanfictionHubungan yang dipertahankan hanya dari satu pihak sudah pasti sulit bertahan, tapi Minho pikir tidak apa untuk mencoba. ... "wajar sih, gue kalo jadi cowok lo juga pasti berantem tiap hari. Dan kalo gue cowok lo, kayaknya udah putus dari hari pertam...