Chapter 10

1.1K 175 109
                                    

Langkah lambat Changbin terhenti saat dia lihat siluet Minho yang bersandar di dinding sebelah pintu apartemennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah lambat Changbin terhenti saat dia lihat siluet Minho yang bersandar di dinding sebelah pintu apartemennya. Pemuda itu berdiri dengan kedua tangan masuk dalam saku jaket, sementara salah satu kakinya tertekuk sedikit.

Saat sadar sedang diperhatikan Minho mengangkat kepalanya yang menunduk memerhatikan ujung sepatu. Pandangan mereka bertemu. Buat si pemuda bermarga Lee menegakkan posisi berdirinya. Dia hadapkan tubuhnya ke arah Changbin. Wajah datarnya menatap kekasihnya itu dengan sorot tajam. Dia terlihat berbeda dari biasanya.

"Dari mana?" Sebuah tanya terucap.

Changbin jalan mendekat. Melewati tubuh Minho untuk buka pintu apartemennya. Karena tidak mendapat jawaban Minho ikut Changbin masuk ke apartemen pemuda itu.

"Kamu dari mana?" Tanya Minho sekali lagi. Kali ini dengan nada bicara yang sedikit lebih naik.

"Ketemu temen."

"Felix?"

Tidak ada jawaban dan Minho simpulkan kalau itu benar. Dia diam terpaku di depan pintu. Manik beningnya memandang kosong ubin yang dia pijak. Entah kenapa ubinnya lebih dingin dari terakhir kali dia datang.

Kekosongan yang mengisi ruang kecil itu buat si pemilik mengernyit bingung. Dia berbalik dan mendapati posisi Minho. "Ngapain kamu?" Tanyanya bingung.

"Mikir," jawab Minho singkat. Dia menghela napas kemudian, lalu berpaling memandang sekitar. Kamar mandi di pojok ruangan itu tempat Changbin sering menyiksanya, ubin kilat yang dia pijak adalah saksi pecahnya barang kaca, dan pintu kamar itu adalah tempat dia untuk merenung. Pojoknya adalah saksi bisu penderitaan Minho selama dia menjadi kekasih Changbin.

"Kamu pinter banget buat perasaanku jungkir balik, Bin."

Gerak tangan Changbin yang hendak tuang air panas ke gelas kopinya urung. Dia dengarkan omongan Minho tanpa niat tatap kembali sosok manis itu.

"Kamu buat aku seneng karena sedikit banyak udah kasih tau orang-orang kalo aku pacar kamu, tapi nggak lama, kamu jatuhin lagi ke dasar."

Suara decakan keras menjadi balasan. Changbin kembali membalik tubuhnya menghadap Minho. "Maksud kamu apa?"

"Kamu nemuin Felix," jawab Minho kesal. "Akukan udah bilang jangan dekat-dekat dia, kenapa kamu nggak mau nurutin? Aku cemburu, masa kamu nggak paham?"

"Harusnya kamu nanya alasan aku nemuin dia kenapa. Jangan asal nuduh aja."

Changbin mendengus, lalu pergi tinggalkan Minho. Seketika dia tidak selera minum kopi lagi.

"Mentang-mentang dia putus sama Yeonjun terus kamu mau jadi pahlawan dan ngambil kesempatan buat balikan sama dia. Iyakan, gitukan?"

"Kamu ngomong apa sih, Min? Jangan asal nuduh."

"Jujur aja, aku nggak marah."

"Nggak marah, tapi minta putus gitu, iya?"

PATH OF SACRIFICE | MINBIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang