Minho pergi. Tidak ada yang tahu bahkan Hyunjin dan Jisung. Mereka hanya tahu Minho pulang ke kosan yang jaraknya tidak jauh dari kampus. Nomornya tidak bisa dihubungi dan semua akses untuk bertemu terputus.
"Minho."
Namun Changbin setia berdiri di sana. Di kosan yang ditempati Minho selama ini. Sudah lebih dari tiga hari terus begitu. Berharap Minho sudah kembali dan bisa bertemu dengannya.
"Udahlah, Bin. Minho nggak ada di sini, mending kita tanya Jisung."
Perkataan Chris masuk akal menurut Changbin, jadi dia pergi untuk temui sahabat pacarnya. Walaupun jujur, dia sudah tidak punya muka untuk itu.
"Lo tanya dia di mana? Perasaan selama ini dia ngilang juga lo nggak peduli."
Namun ternyata Jisung sudah ada di ambang batas kesabarannya untuk menghadapi Changbin. Dia bukan Minho yang akan terima dengan lapang dada perlakuan pria bermarga Seo itu pada sahabatnya. Perasaannya hancur melihat sahabat yang dia sayang penuh luka dan tangis. Minho yang dia kenal hilang dalam sekejap hanya karena pemuda didepannya ini. Minho yang ceria, pantang menangis, dan kuat menghilang.
Changbin merenggut sahabatnya.
"Ji, gue serius, gue mau minta maaf sama dia."
Untuk pertama kali selama mereka saling kenal, Changbin keluarkan nada memohon. Dia sudah buntu harus bagaimana.
"Terlambat, gue nggak akan biarin dia bareng lo lagi."
Mendengar balasannya Changbin bungkam seketika. Dia sadar kesalahannya sangat besar dan sejujurnya, dia merasa malu untuk bertemu dengan Minho atau pun sahabatnya. Tapi dia harus melakukan ini karena tidak bisa lari tanpa ampunan.
Para anak muda itu terus diam selama beberapa saat bahkan saat Hyunjin sudah ikut bergabung bersama mereka.
"Gue nggak tau perasaan lo ke Minho gimana," mulai Hyunjin untuk mengisi keheningan. Dia lirik Jisung yang sejak tadi terus menunduk dengan kedua tangan terkepal di samping tubuhnya. Jelas terlihat anak itu sedang menahan amarah. "Tapi gue nggak sangka aja lo tega mukulin dia sampai kelingkingnya nyaris patah."
Semua orang refleks mendongak menatap si anak Seni Rupa. Terkejut bukan main.
"Kalo aja lo punya perasaan, lo pasti nggak akan tega liat keadaannya. Gue yang bukan siapa-siapanya aja nangis liat dia begitu. Lo tau, banyak luka dibadannya, perutnya memar, mukanya, kakinya, dan paling gue nggak sangka goresan di pergelangan tangan dan paha dalamnya."
Semua orang terkejut untuk yang kedua kalinya saat mendengar itu. Changbin yang sudah tahu memilih bungkam.
"Pikiran lo di mana sebenernya sih, Bin?" tanya Hyunjin nyaris tanpa suara. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana mengungkap kemarahannya saking sudah di puncak. "Cowok lo nyaris mati bunuh diri tapi kelakuan lo begini. Lo nambahin luka dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
PATH OF SACRIFICE | MINBIN [✓]
FanfictionHubungan yang dipertahankan hanya dari satu pihak sudah pasti sulit bertahan, tapi Minho pikir tidak apa untuk mencoba. ... "wajar sih, gue kalo jadi cowok lo juga pasti berantem tiap hari. Dan kalo gue cowok lo, kayaknya udah putus dari hari pertam...