Warning!
Mention of suicidal thought***
Sunyinya malam menjadi peneman Changbin di apartemen yang serasa mati. Dia bimbang dan bingung, tidak tahu harus apa. Dalam genggaman tangannya gelas kaca terisi seperempat vodka. Rasanya dia ingin terbuai dan melupakan bayang-bayang Minho dalam kepalanya. Namun di lain sisi, dia tidak ingin kekasihnya itu hilang dalam ingatan.
Wajah tegas Changbin mengerat dalam gemeletuk kekesalan. Kesal pada diri sendiri karena menyia-nyiakan ketulusan Minho. Sebelah tangannya yang lain yang menggenggam sapu tangan terangkat. Dia pandang sapu tangan itu lekat, lalu meremasnya erat-erat.
"Jangan lukai tangan kamu, nanti sakit."
Saat itu adalah awal mereka berkencan. Perasaannya yang masih tertinggal pada Felix menolak melupakan pemuda itu dan berakhir melukai diri sendiri. Dan satu-satunya penyelamat adalah Minho.
Tanpa sadar kenangan itu membuat Changbin tertawa miris. "Jahat banget," bisiknya sambil meremas semakin erat sapu tangan milik Minho. "Jahat banget lo, Min."
Minho jahat karena telah meninggalkan banyak kenangan baik padanya, sementara dia, sejauh ingatan digali, hanya kenangan pahit yang teringat.
Suara tangis tanpa diundang menggaung di telinga, disusul teriakan, meminta ampun, dan terus memanggil nama Minho. Changbin rasa kepalanya sakit luar biasa. Berdenging tanpa ampun hingga gelas di tangan jatuh menghantam lantai dan hancur berkeping-keping.
***
"Kenapa tangan lo?"
Pertanyaan itu muncul dari belah bibir tebal milik Chris. Mereka sedang menyusun laporan yang harus dikumpul dua puluh menit lagi.
Changbin berhenti setelah dirasa kertas laporannya sudah rapi. Pemuda itu terdiam sambil memandang kosong tengan kirinya yang diperban. "Ini hukuman," katanya, lalu melanjutkan menyusun laporannya yang masih kurang bagian cover.
Hukuman apapun yang Changbin rasa dia pantas mendapatkannya seharusnya bukan urusan Chris. Harusnya pun dia mendukung hal itu karena Changbin telah menyakiti pujaan hatinya. Namun, lagi-lagi si baik hati Chris tidak bisa berdiam diri.
"Lo nyakiti diri lo sendiri?" Tanyanya dengan kerutan di dahi. Duduknya yang semula ke depan kini beralih serong ke arah Changbin. Wajahnya nampak serius dan tegas.
"Ya," jawab yang lainnya pelan. "Gue sadar gue salah-"
"Dan lo pikir dengan begitu semua bakal sama?"
Wajah yang tertunduk terangkat. Memandang tidak mengerti sahabat sepermaiannnya. Seolah-olah bertanya, "maksud lo apa?"
"Lo nyakiti diri lo sendiri nggak akan sama dengan apa yang lo lakuin ke Minho," bisik Chris. "Lo nggak akan bisa buat diri lo sendiri ngerasain gimana rasanya nggak dianggap, nggak diterima, dan nggak dicintai."
KAMU SEDANG MEMBACA
PATH OF SACRIFICE | MINBIN [✓]
FanfictionHubungan yang dipertahankan hanya dari satu pihak sudah pasti sulit bertahan, tapi Minho pikir tidak apa untuk mencoba. ... "wajar sih, gue kalo jadi cowok lo juga pasti berantem tiap hari. Dan kalo gue cowok lo, kayaknya udah putus dari hari pertam...