Chapter 2

1.2K 206 26
                                    

Minho bangun dengan keadaan pusing luar biasa dan hidung yang mampet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minho bangun dengan keadaan pusing luar biasa dan hidung yang mampet. Dia juga bisa rasakan tubuhnya panas. Dalam diam dia tarik napas, lalu dihembuskan perlahan. Coba menetralisir rasa sesak di dada dan pusing di kepalanya.

Ingatannya coba mengingat kejadian tadi malam. Dia seketika memejamkan mata begitu semua kejadian terputar ulang. Minho akan minta maaf pada Changbin nanti karena sudah mengeluh sebegitu banyak.

“Oh, lo udah bangun?”

Nada datar itu mengejutkannya. Changbin datang dengan membawa nampan. Nampan itu diletakkan di nakas sebelah ranjang. Minho sempat melirik isinya, ternyata bubur dan segelas susu.

“Em… Chnagbin,” panggil Minho. Dia perbaiki posisinya menjadi duduk tegak dan lebih dekat dengan pacarnya. “Gue, gue minta maaf soal yang kemarin. Harusnya gue nggak nuntut banyak sama lo. Harusnya gue ngerasa cukup dengan status yang udah lo kasih, maafin gue, please.”

Awal mereka berkencan adalah sebuah kejutan. Changbin tidak terlalu kenal dengan minho, sementara minho mengenal changbin sebagai sosok yang dia suka sejak awal masuk kuliah. Namun pria dengan paras tampan, pintar, dan kaya seperti Changbin sudah tentu bukan seorang single. Dia punya kekasih beda jurusan yang orang kenal sebagai selebriti kampus. Minho tidak sebanding dengan mereka, tentu saja.

Pasangan itu dielu-elukan hingga tahun kedua muncul berita perselingkuhan. Banyak beredar Felixlah yang melakukan, tapi ada juga yang bilang Changbin. Internal tahu bahwa Felixlah yang sebenarnya, tapi di saat itu Minho ambil kesempatan untuk menggantikan posisi felix. Cukup menyakitkan karena orang mengira Minholah pihak yang buat pasangan favorit kampus itu kandas. Bahkan hingga sekarang masih banyak yang tidak menyukainya. Herannya Changbin juga tidak pernah mengonfirmasi hal itu. Membiarkan kesalahpaham ada padanya dan buat orang-orang menghakiminya sepihak.

Apakah Minho marah? Tentu tidak, karena keinginannya hanya satu, bisa memiliki Changbin. Itu sudah lebih dari cukup. Dan perjanjiannya adalah Minho tidak boleh menuntut terlalu banyak pada pemuda itu. Namun seiring berjalannya waktu ternyata lelah juga. Minho menjadi tamak dan ingin lebih.

“Maaf,” gumam pemuda bermarga lee. Jika Changbin tidak memaafkannya, maka besar kemungkinan dia akan diputuskan. Pegangan Minho pada tangan Changbin perlahan merenggang dan itu menimbulkan kebingungan bagi si rambut hitam legam.

“Jangan putusin gue, please.”

Tatapan memohon itu berkali-kali Changbin lihat, tapi yang kali ini mampu buat hatinya terenyuh. Dia jelas tahu Minho bukan pribadi yang mudah menangis, tapi saat malam tadi dia tersengguk di depan mata kepalanya sendiri, Changbin kehilangan fokus untuk tidur nyenyak. Dia terus tengiang-ngiang tangisan Minho.

“Siapa juga yang mau mutusin lo. Nih, makan, gue mau olahraga bentar.”

Changbin pergi tinggalkan dirinya seorang diri di kamar yang remang itu. Dia lirik pintu kamar, jantungnya mungkin akan copot saat itu juga jika Changbin benar-benar memutuskannya. Semua pengorbanannya selama ini akan sia-sia. Dan syukurnya hal itu tidak terjadi.

PATH OF SACRIFICE | MINBIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang