Harap memberi apresiasi untuk chapter terakhir ini
Terima kasih sudah mengikuti Path of Sacrifice dari awal sampai akhir
***
Ada di antara gelap dan sempitnya ruangan berbau antiseptik tidak pernah terbayang dalam pikiran Minho. Apalagi ruangan yang lebih terlihat seperti tempat terisolasi ini dikhususkan bagi dia yang memiliki gangguan kejiwaan. Dia merasa hancur dan tidak berguna di saat yang sama.
Di antara remang lampu dia hanya bisa duduk termenung di ujung bangsal. Duduk menghadap jendela untuk lihat rembulan yang menyala. Hatinya bertanya-tanya, kenapa dia ada di sini?
Dan jawabannya hanya satu, Changbin. Pujaan hatinya yang buat dia ada di sini. Di tempat diginin tanpa belas kasih.
Pandangan pemuda manis dengan bibir tipis itu kosong. Enam bulan dalam perawatan dia rasa mulai membaik, tapi terkadang dia tidak sadar sudah mengamuk seperti orang hilang akal. Dia mengamuk sampai meraung. Memanggil-manggil nama Changbin sambil memohon ampun.
Kaki tanpa alas miliknya perlahan menapak lantai. Dia jalan dekati jendela. Menggenggam besi putih di balik jendela kaca dengan raut sendu.
"Kamu pasti bahagia tanpa aku," bisiknya setipis tisu. Namun meski begitu bibirnya menyungging senyum yang nyaris tidak terlihat.
Changbin, Minho mengakui kegilaannya, tapi dia akan melupakan dan menghapus semua kenangan yang pernah mereka lalui. Minho akan lupakan bagaimana dia memukulnya dengan kepalan tangan yang kokoh, memakinya dengan mulut yang lihai, dan menginjaknya dengan kaki yang kuat. Namun sebagai bayarannya, Minho juga akan menghilangkan perasaan cintanya. Bukan hanya untuk Changbin, tapi untuk semua orang. Cintanya habis dan berakhir tanpa sisa.
***
Minhyuk menyambut hangat Minho dalam peluknya. Sebuah bunga di tangan dia berikan pada adiknya.
"Selamat," katanya bahagia.
Hampir satu tahun setengah Minho dirawat di rumah sakit jiwa di pinggiran kota,elewati masa-masa sulit demi menghilangkan efek hubungan cinta yang buruk. Minhyuk bangga adiknya mampu melaluinya.
"Makasih, kak."
Minho cium harum bunga di tangan. Dia suka. Tubuhnya berbalik untuk pandangi gedung putih di belakangnya. Akhirnya dia keluar dari tempat membosankan ini. Tidak akan ada lagi teriakan frustasi, tidak akan ada lagi tangis di sepertiga malam, dan tidak akan ada lagi sesal yang dia rasakan. Dia sudah menerima semuanya, memaafkan semuanya, tapi tidak akan melupakannya begitu saja.
Minho yakinkan dirinya bahwa dia akan menjalani hidup yang terbaik setelah ini. Dan memang benar itu akan terjadi sebagai bayaran atas budi baiknya selama ini.
Berbanding terbalik dengan yang lainnya. Changbin hidup dalam keterpurukan. Dia bahkan tidak bisa menyelesaikan studinya yang hanya tinggal satu tahun terakhir. Kuliahnya berantakan dan buat dia harus bolak-balik ke psikiater. Rasa bersalah yang ada pada dirinya tidak akan pernah hilang. Dia juga kehilangan sosok yang mencintainya dengan tulus sekaligus dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PATH OF SACRIFICE | MINBIN [✓]
FanficHubungan yang dipertahankan hanya dari satu pihak sudah pasti sulit bertahan, tapi Minho pikir tidak apa untuk mencoba. ... "wajar sih, gue kalo jadi cowok lo juga pasti berantem tiap hari. Dan kalo gue cowok lo, kayaknya udah putus dari hari pertam...