CANITUDE | 2 |

52 6 0
                                    

"Hah ... Hah ... Hah ... "

Suara napas berat dari seorang pria terdengar menggema di penjuru hutan, bersamaan dengan derap langkah kakinya. Dengan napas tersengal ia terus berlari tak tentu arah. Sesekali pria itu menoleh ke belakang, memastikan apapun itu tidak mengejarnya sama sekali. Dia masih terus berlari tidak peduli kemanapun kakinya akan pergi. Satu-satunya yang ada di benaknya adalah pergi sejauh mungkin agar tidak tertangkap.

Auuu~

Suara serigala melolong tampak menyeramkan. Pria itu memasang wajah ngeri sambil terus berlari. Setelah suara lolongan serigala, terdengar langkah kaki yang menggesek tanah dan dedaunan-mengejarnya. Pria itu menjerit ngeri.

"Ampun! Tolong ampuni saya! Saya akan-"

DOR!

Tubuh pria itu seketika ambruk, setelah sebuah pelueu mendarat tepat di kepalanya. Sementara itu dibelakangnya, sosok yang mengejarnya berhenti dan menatap jasad pria itu.

"Huh, lima menit, lumayan," kata sosok dengan iris mata berwarna biru gelap itu sambil melihat jam tangannya. "Kukira dia bisa lari lebih jauh. Dia belum begitu tua untuk seorang pria status Ax."

"Status tidak menentukan seberapa kuat dia, River," timpal seseorang yang menembak mati pria itu dengan pistol ditangannya. "Apa yang dia terima setimpal dengan apa yang dari tulis di surat jaminannya."

River melirik sosok itu. "Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang, Tuan Muda Avareth?"

"Biarkan saja dia disini. Para serigala sudah memantau sejak tadi dan mereka sudah lama tidak makan daging segar. Rubah licik sepertinya tidak pantas hidup diatas penderitaan orang lain," ujar Avareth sambil melihat ke dalam hutan yang gelap. Beberapa pasang mata milik serigala sudah memantau dari kejauhan.

Mereka berdua kemudian meninggalkan hutan, membiarkan sosok tubuh pria itu di makan oleh serigala yang langsung mendekat, begitu Avareth dan River meninggalkan hutan yang gelap.

Setelah meninggalkan hutan, Avareth dan River pergi menuju rumah megah milik si pria tadi. Tampak beberapa penjaga rumah ini pingsan akibat ulah kaki tangan Avareth. Mereka menemui seorang gadis belia yang berdiri di depan pintu dengan ekspresi cemas. Gadis itu langsung berlari menghampiri mereka, begitu melihat mereka.

"Bagaimana apakah dia sudah menerima ganjarannya?" tanya gadis itu.

"Bajingan itu sudah habis dimakan serigala," jawab Avareth.

Gadis itu bernapas lega. "Terima kasih banyak atas bantuan Tuan!"

"Kau bisa pergi sekarang. Tidak ada lagi yang menahanmu, kau bebas," ujar Avareth.

"Saya benar-benar berterima kasih padamu Tuan! Saya akan mengabdikan diri padamu Tuan! Tuan bisa meminta apapun pada saya dan saya akan mengikuti apa kata Tuan!" ujar gadis itu.

Avareth tertawa. "Well, mungkin kau akan kubutuhkan."

Gadis belia itu pun pergi dari rumah itu. Avareth memandang kepergian gadis belia itu. Gadis belia itu berstatus Ex dan menjadi korban akibat hutang yang dilakukan oleh orang tuanya pada pria itu. Pria itu adalah seorang pengusaha kotor yang suka berjudi dan korupsi di mana-mana. Dia memang kaya, tetapi dia juga memiliki hutang pada Avareth dengan menggunakan jaminan. Jaminan yang dia tulis pada Avareth jika ia tidak membayar sesuai tenggat, dia akan menyerahkan nyawanya. Dan, Avareth mengabulkan jaminan tersebut. Avareth tidak memiliki hubungan dengan gadis belia itu, tetapi gadis belia itu akan menguntungkannya nanti.

"Seorang Ex seperti dia sanggup bertahan dengan bajingan seperti pria itu, cukup mengesankan," komentar River.

"Pada dasarnya keadaan memaksanya untuk melakukan itu." Avareth merenggangkan badannya. "Kasus ini melelahkan. Ayo pulang. Biarkan mereka saja yang membereskannya!"

CANITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang