Mobil berhenti tepat di depan gerbang mansion yang terbuka. Gerbang mansion selalu tertutup dan dijaga ketat oleh penjaga. Namun kedua penjaga yang ada di depan mansion, ambruk ke tanah, seperti telah dilumpuhkan oleh sesuatu. Aivaren dan Saga lantas keluar dari mobil mencoba mengecek keadaan dua penjaga mansion itu.
"Ada apa ini?!" tanyanya.
Saga mencoba mengecek denyut nadi dan tubuh mereka. Tidak ditemukan jejak kekerasan sama sekali dan denyut nadinya pun masih terasa jelas. Saga meletakkan jarinya di bawah hidung salah satu penjaga dan ia bisa merasakan napas hangat darisana. Kedua penjaga ini sedang tertidur pulas.
"Mereka dibius, entah dengan apa," jawab Saga.
Aivaren mengeraskan rahangnya. "Siapa yang berani melakukan ini?"
"Kita harus melihat kedalam sana, Nak!"
Mereka berdua segera berlari masuk ke dalam mansion. Dibagian dalam mansion, para penjaga mansion bagian dalam dan para maid juga tertidur oleh obat bius. Entah bagaimana dan siapa yang melakukannya, Aivaren belum tau sama sekali motif dari penyerangan dadakan ini. Semoga saja, apapun itu tidak menyakiti keluarganya sama sekali.
"Reiver, Naia!" panggilnya. Tidak ada sautan sama sekali dan mansion hening.
Mereka akhirnya tiba di aula tengah, tempat yang kemungkinan Reiver dan Naia ada disana. Saat itulah ia mendengar suara tangisan Naia di dalam ruang aula. Tanpa pikir panjang, Saga dan Aivaren langsung menendang pintu itu sampai terbuka lebar. Saat pintu terbuka lebar, Aivaren terkejut dengan apa yang sedang ia lihat. Ia mendapati Reiver tersungkur dengan keadaan babak belur dan seorang laki-laki berpakaian hitam dengan mantel hitam menginjak kepalanya, sambil menodongkan pistol ke kepala Reiver. Tidak hanya itu, tampak seorang wanita juga berpakaian hitam-hitam, menodongkan pistol pada Lio yang kini dalam posisi terduduk. Namun, ia tidak menemukan sosok Naia di manapun.
"Kakak ... " lirih Reiver.
"Apa-apaan ini?! Siapa kalian?! Lepaskan mereka!" bentak Aivaren.
"Aivaren! Tolong lepaskan kami!" kata Lio. Wanita itu makin menodongkan pistol pada Lio.
"Apa yang kalian lakukan pada keluargaku?!" jerit Saga. Baik wanita dan laki-laki itu hanya diam. Mereka hanya menatap Saga yang kini siap menerjang.
"Bajingan!"
Dor!
"Akh!"
"Paman!"
Sebuah tembakan mengarah tepat ke kaki Saga dan membuat dia jatuh tersungkur. Lelaki yang menahan Reiver melepas tembakan tepat ketika Saga ingin menerjang kearahnya. Namun, tidak ada darah yang keluar dari kaki Saga sama sekali, setelah dia tertembak dibagian kaki. Saga meringis, tetapi ia tidak sanggup berdiri sama sekali.
"Paman, kau baik-baik saja?" tanya Aivaren sambil mendekati Saga.
"Kakiku, mati rasa," jawabnya sambil meringis kesakitan.
"Tenang saja, itu cuma anestesi rendah. Satu jam setelah ini, dia akan bisa pulih lagi," kata lelaki itu pada Saga.
Aivaren menatapnya tajam. "Apa maumu?! Kenapa kau lakukan ini pada keluargaku?! Kemana Naia dan kau apakan dia?!"
"Dia disini."
Aivaren terkejut ketika mendengar sebuah suara lain muncul tepat dibelakangnya. Entah bagaimana sosok itu sudah ada dibelakangnya. Aivaren menoleh dan mendapati seorang lelaki bertubuh tinggi dan tegap, serta mengenakan topi hitam, berjalan melewatinya sembari menggendong seorang gadis kecil yang tertidur. Itu jelas Naia. Dia pasti tertidur akibat obat bius. Aivaren mengepalkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANITUDE
RandomConstallatres Aivaren Daniel terpaksa menggantikan sosok adiknya yang masih berusia tujuh tahun untuk dinikahkan dengan pewaris tunggal Distrik Barat, akibat dari tabiat buruk Sang Ayah yang berani berhutang pada Distrik yang dikabarkan kejam dalam...