~Hari Lelang; Mata Hijau-Biru Dibalik Topeng~
"Hoahm!"
Avareth menguap lebar ketika angin pagi menyapa lembut wajahnya. Matanya berair akibat menguap cukup lebar. Dia mengucek matanya, kemudian merenggangkan badannya sejenak. Dalam beberapa detik, dia menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada disana. Namun Avareth tidak peduli sama sekali.
River yang ada di sebelahnya, menyenggolnya. "Apa-apaan kau?"
"Aku mengantuk, Ri! Ini masih pagi kau tau? Seharusnya ini jatah libur ku dan bukan pergi ke pasar lelang!" omel Avareth.
Ya, Avareth dan River kini sedang berada di pasar lelang yang ada di perbatasan Distrik Tanah Barat dan Distrik Sungai Selatan. Hari ini adalah hari lelang. Seperti yang Lady Rui katakan beberapa hari lalu, akan ada hari lelang yang dimana setiap orang boleh untuk melakukan lelang barang apapun, kecuali manusia atau hewan. Biasanya barang yang di lelang adalah barang langka, aneh, atau unik yang nominalnya bisa ratusan bahkan ribuan klux. Banyak dari perwakilan distrik, pengusaha, kolektor, bahkan rakyat biasa ikut dalam kegiatan lelang melelang ini.
Avareth sebenarnya sangat enggan sekali mengikuti acara membosankan ini. Namun, dia tidak bisa menolaknya setelah Lady Rui mengomelinya tadi pagi, sebelum ia pergi ke Distrik Sungai Selatan. Mau tidak mau, Avareth harus pergi bersama dengan River. Semenjak turun dari mobil, Avareth tidak hentinya menguap karena mengantuk.
"Aku mengantuk! Kapan acara utamanya dimulai?" tanya Avareth pada River.
River mengaktifkan hologram di jam tangannya, kemudian memeriksa jadwal lelang. "Sekitar setengah jam lagi. Ada empat barang dari setiap distrik yang akan di lelang setiap selang lima belas menit."
Avareth membulatkan mata. Setengah jam?! Hey, bahkan mereka hanya memerlukan waktu sepuluh menit untuk tiba disini menggunakan mobil. Jadi untuk apa dia datang pagi-pagi sekali?!
"Masih setengah jam lagi!? Hah, ya sudahlah, aku ingin jalan-jalan sebentar," kata Avareth.
"Mau kemana?" tanya River.
"Sekitar sini aja. Kamu disini saja, nanti kalo udah mau mulai, hubungi aku," kata Avareth yang langsung pergi begitu saja.
Avareth menyusuri jalanan berbatu yang bagian kanan dan kirinya penuh dengan kios-kios kecil. Setiap hari lelang tiba, tidak hanya ada kegiatan melelang, tetapi ada juga yang menjual barang-barang lain. Jadi hari lelang bisa dibilang juga sebagai pasar lelang yang hanya dilaksanakan sebulan sekali.
Saat Avareth sedang melihat-lihat, tidak sengaja ia mendengar obrolan dua orang pedagang yang ada disana tengah bergosip.
"Aku dengar Tuan Gumo menghilang dan pakaiannya ditemukan di hutan, dimakan serigala!" kata pedagang A.
"Benarkah?! Ah, itu berita yang bagus! Dia pantas mati. Kau tau, dia sering melakukan korupsi dan menyengsarakan karyawan yang bekerja dengannya!" ujar pedagang B
Pedagang A mengangguk. "Andai saja pemimpin Distrik Laut Timur mendapatkan hal yang serupa. Aku kasihan dengan anak dan menantuku yang tinggal disana. Krisis ekonomi disana sangat buruk dan aku mendengar pemimpin distrik disana sering ikut judi."
Avareth hanya menyeringai mendengarkan itu. Para pedagang itu membahas sosok pengusaha yang bernama Tuan Gumo, yang dibunuh oleh Avareth beberapa hari lalu. Avareth bangga ketika mereka juga setuju dengan kematian Tuan Gumo, tetapi dia jauh lebih tertarik dengan pemimpin Distrik Laut Timur.
Avareth berniat untuk kembali, ketika tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita yang disusul dengan seseorang yang berlari kencang menerobos kerumunan. Dibelakangnya ada sosok lain yang mengejarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANITUDE
De TodoConstallatres Aivaren Daniel terpaksa menggantikan sosok adiknya yang masih berusia tujuh tahun untuk dinikahkan dengan pewaris tunggal Distrik Barat, akibat dari tabiat buruk Sang Ayah yang berani berhutang pada Distrik yang dikabarkan kejam dalam...