Setelah percakapannya dengan Avareth tadi, Aivaren kembali ke ruang makan. Lady Rui masih disana, tengah menyantap kudapan kecil sambil melihat layar hologram di depannya. Sepertinya Lady Rui sedang bekerja. Aivaren dengan ragu mendekatinya.
"Ibu," panggilnya.
Lady Rui mengalihkan pandangannya. "Ah, kamu sudah kembali. Avareth pergi bekerja kah?"
Aivaren hanya mengangguk. Sejujurnya ia juga tidak tau Avareth pergi bekerja atau tidak. Dia langsung pergi begitu saja tanpa berbicara apapun padanya. Namun, dia harus bersikap normal agar Lady Rui tidak mencurigai mereka berdua.
"Ckc anak itu! Padahal ini hari pertama kalian menikah dan menjadi suami istri, kenapa malah bekerja? Apakah dia tidak mau menghabiskan waktu denganmu?" omel Rui sambil menutup layar hologram nya.
"Mungkin pekerjaan mendadak ibu. Aku tidak masalah," kata Aivaren sambil tertawa pelan.
'Bahkan itu jauh lebih baik dibandingkan harus bersamanya!' tambahnya dalam hati.
Lady Rui menggelengkan kepalanya. "Big no! Dia harus menemanimu hari ini! Astaga, aku harus menghubungi anak brengsek itu. Dia—"
"Mom! Bisakah berhenti memanggilku begitu di depan dia?!" Avareth tiba-tiba muncul begitu saja entah darimana.
"Mom mengatakan hal sebenarnya, Ava! Jadi, kamu pergi bekerja, hah?! Bukankah tadi kau bilang bandit sudah selesai dan seharusnya kamu bisa menemani Aivaren hari ini! Ini hari pertama kalian menjadi suami istri, libur sebentar apa salahnya sih?!" omel Rui panjang lebar.
Avareth melirik Aivaren, mencoba memahami apa yang sebelumnya dikatakan Aivaren pada ibunya. Avareth mendesah lelah sambil memegangi kepalanya. Ia kemudian menatap Lady Rui yang masih memberikan tatapan galak padanya.
"Mom, aku ada pekerjaan penting, bertemu dengan para pengusaha. Ini untuk kemajuan distrik kita, aku tidak bisa tidak datang, Mom. Jika Mom ingin menggantikan aku, tidak masalah, tetapi Mom ada urusan lain juga bukan?" kata Avareth. "Lagipula, kamu tidak masalah kan ditinggal sebentar disini, Ai?"
Aivaren hanya mengangguk, mengiyakan. "Iya ibu. Pekerjaan Avareth lebih penting dariku. Tidak masalah ibu, aku tidak keberatan."
"Kenapa kamu tidak ajak saja istrimu itu? Sekalian saja mengenalkannya pada para pengusaha itu," kata Rui.
Sontak hal ini membuat Aivaren terkejut. Memperkenalkannya pada pengusaha yang lain? Jika itu sampai terjadi, Avareth akan melanggar janjinya dan apa yang akan dikatakan mereka semua, bahwa tuan muda Avareth dari Distrik Tanah Barat, menikah dengan seorang tuan muda dari distrik yang hampir miskin? Ditambah lagi, jika sampai Lady Rui tau kalau ada perjanjian dalam pernikahan ini, bagaimana akhirnya?
"Mom, kita sudah bahas ini. Aku gak mau pernikahan ini terbongkar. Krisis distrik Laut Timur sedang buruk, aku tidak mau Aivaren menjadi bahan omongan disana," kata Avareth tiba-tiba.
Aivaren tertegun. Apakah Avareth sudah memberitahu perjanjian perjikahan itu pada Lady Rui? Aivaren menatap Lady Rui dengan perasaan takut.
"Hah, iya kamu benar. Tapi jujur, Mom tidak paham kenapa harus ada perjanjian seperti itu, tapi sudahlah. Mom mau kamu ajak dia. Bagaimana caramu menyembunyikannya, itu urusanmu, tetapi jangan biarkan dia sendirian di mansion!" kata Rui.
"T-tapi Mom—"
"Bantah sekali lagi, Mom tendang kamu!"
Setelah mengatakan itu, Lady Rui pergi meninggalkan ruang makan. Suasana lenggang sejenak setelah Lady Rui pergi. Aivaren bahkan tidak tau harus berkata apa. Dia bisa mendengar Avareth mendesah lelah, sebelum berujar padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANITUDE
RandomConstallatres Aivaren Daniel terpaksa menggantikan sosok adiknya yang masih berusia tujuh tahun untuk dinikahkan dengan pewaris tunggal Distrik Barat, akibat dari tabiat buruk Sang Ayah yang berani berhutang pada Distrik yang dikabarkan kejam dalam...