Dua hari berlalu setelah heat Aivaren. Kondisi Aivaren sudah berangsur-angsur membaik. Feromon yang dia keluarkan sudah tidak sepekat dua hari lalu, tetapi tetap saja feromon nya masih meninggalkan bekas. Aivaren harus selalu menerima feromkn Avareth agar kondisinya stabil dan untuk itu Avareth tidak mengizinkan dia meninggalkan kamar sampai benar-benar stabil. Kamar mereka penuh dengan campuran keduanya dan itu membuat Aivaren merasa jauh lebih tenang.
Selama dua hari itu, Aivaren hanya bisa terbaring di kasur. Avareth yang mengurusnya selama dua hari, mulai dari memberinya makan sampai membantunya membersihkan diri. Siklus heat utamanya sudah selesai, tetapi efeknya masih terasa. Selama itu juga Avareth tidak pernah meninggalkannya sendirian, dia sesekali keluar untuk mengambil makan. Aivaren sadar apa yang terjadi di hari pertama dia heat, dia tidak banyak bicara karena jujur saja jika mengingatnya cukup memalukan. Jadi dia membiarkan Avareth apa yang ingin dia lakukan.
Sekarang Aivaren sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membuka holo-watch nya. Ia tidak bekerja karena dilarang oleh Avareth, ia hanya membuka beberapa situs pencarian untuk menghilangkan rasa bosan.
Cklek!
Aivaren menoleh ketika melihat Avareth memasuki kamar sembari membawa dua gelas yang terlihat ada asap mengenal. Dari aromanya, Aivaren bisa merasakan harum teh dan juga mawar.
"Ini kamu minum. Mom membuat ini untukmu, katanya untuk mengembalikan staminamu," kata Avareth sambil menyerahkan gelas itu.
Aivaren menerimanya. "Terima kasih."
Avareth mengulurkan tangannya menyentuh kening Aivaren. Aivaren tidak kaget karena dia sudah diperlakukan seperti ini selama dua hari. Dia justru mereasa nyaman begitu tangan Avareth menyentuhnya.
"Suhu tubuhmu sudah normal. Tapi kamu tidak boleh keluar kamar sampai benar-benar stabil," jelas Avareth sambil duduk di kursi, sebelah ranjang mereka.
"Iya," jawab Aivaren sembari menyesap teh yang diberikan.
Tidak ada percakapan diantara mereka selalu itu. Avareth sibuk membaca layar hologram di depannya sembari menyesap teh miliknya. Ah, suasananya terlalu awkward setelah dua hari mereka bersama. Apa Aivaren perlu menunjukkan sisi manjanya lagi? Aivaren lantas menggelengkan kepalanya dengan wajah memerah. Itu memalukan, tetapi dia menyukainya.
"Avareth," panggil Aivaren.
Avareth menoleh. "Iya? Apa kamu butuh sesuatu?"
"Tidak. Aku hanya, aku minta maaf," katanya.
"Untuk?"
"Gara-gara aku heat, kamu terpaksa harus pulang lebih awal. Seharusnya aku lebih memperhatikan diriku sendiri," ujar Aivaren sambil menunduk, menatap tehnya yang masih panas.
Tidak ada jawaban dari Avareth, tetapi Aivaren bisa mendengar suara gelas diletakkan di meja. Aivaren menoleh dan mendapati Avareth menghampirinya, kemudian duduk di sebelahnya.
"Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri, sudah tugasku sebagai suami untuk membantumu," kata Avareth sambil mengelus pipi Aivaren. Ah, Lagi-lagi di elus, Aivaren suka. Nyaman.
"Kamu suka yah di elus kayak gini?" tanya Avareth.
"Iya."
Aivaren tanpa sadar menjawab seperti itu membuat Avareth gemas bukan kepalang. Tak lama kemudian Aivaren merasakan tangan Avareth menjauh darinya dan itu membuatnya sedikit kecewa.
"Aku mau bertanya padamu. Tolong jawab dengan jujur," kata Avareth kali ini terlihat sedikit serius.
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CANITUDE
De TodoConstallatres Aivaren Daniel terpaksa menggantikan sosok adiknya yang masih berusia tujuh tahun untuk dinikahkan dengan pewaris tunggal Distrik Barat, akibat dari tabiat buruk Sang Ayah yang berani berhutang pada Distrik yang dikabarkan kejam dalam...