Waktu berjalan begitu cepat, bahkan lebih cepat dari perkiraan Aivaren. Dia tidak pernah menduga kalau pernikahannya dengan Avareth akan memasuki usia satu bulan. Selama satu bulan pernikahan 'tidak diinginkan' ini, Aivaren tidak bisa menduga apa rencana Avareth ke depannya terhadap dirinya. Avareth terlalu rapih menyusun dan melakukan sesuatu, sampai Aivaren tidak tau apa yang Avareth lakukan.
Sementara itu, di sisi lain Aivaren mendapatkan kabar bahwa kondisi perekonomian di Distrik Laut Timur mulai membaik selama satu bulan ini. Saga melaporkan segalanya padanya dan semua hutang atas nama Lio sudah dibayarkan. Saga berkata kalau Avareth yang menanggung semuanya dan membayar semua hutang Distrik Laut Timur. Aivaren senang mendengarnya, tetapi ia sedikit khawatir. Avareth melakukan hal ini, semata-mata untuk menarik perhatian Aivaren, tetapi Aivaren tidak akan terjebak dengan mudahnya.
Aivaren merenggangkan tubuhnya ketika ia telah selesai memindai dan mendata semua arsip yang ia punya. Aivaren mulai aktif bekerja di kantor milik Avareth sejak satu bulan ini. Lady Rui sangat percaya padanya dan langsung menyuruhnya untuk bekerja, tempo hari ketika ia di mintai tolong olehnya. Meskipun sekarang adalah hari libur, Aivaren lebih senang bekerja dibandingkan harus berdiam diri tanpa melakukan apapun.
"Huah! Aku pegal!" Aivaren merenggang.
Tok tok tok!
"Masuk!" titahnya.
Pintu terbuka dan menampilkan Lady Rui dengan setelan mewahnya. Aivaren langsung berdiri begitu melihatnya. Dia tersenyum kepada Lady Rui dan Lady Rui membalasnya.
"Siang sayangku, apakah harimu baik?" tanya Lady Rui.
Aivaren tersenyum. "Aku, baik bu. Terima kasih sudah bertanya."
"Sayangku ini bekerja sangat keras." Lady Rui mengelus kepala Aivaren. "Kamu harus istirahat."
Aivaren menggeleng cepat. "Tidak ibu. Tugasku masih banyak sekali. Jika aku istirahat sekarang, tugas ini tidak akan selesai tepat waktu."
"Ibu tau, tapi apakah kamu tidak mau menghabiskan waktu dengan Avareth? Lagipula sekarang sedang hari libur," tanya Lady Rui.
Aivaren terdiam. Mendadak tangannya kaku untuk melanjutkan pekerjaannya. Aivaren berusaha untuk tetap tenang dan tidak terlihat panik di depan Lady Rui. Dia mencoba mencari alasan yang baik.
"Avareth, dia juga sibuk bu. Aku tidak mau menganggunya," jawab Aivaren.
"Aduh! Ibu mencoba untuk mendekatkan kalian berdua, tetapi kalian malah menjauh satu sama lain?" Lady Rui berseru gemas.
Aivaren terdiam. Tidak mungkin ia menceritakan kalau ia dan Avareth tidak sedekat itu. Mereka bahkan tidur di kamar terpisah tanpa sepengetahuan Lady Rui. Avareth memang setiap malam masuk ke kamar mereka, tetapi tidak berselang lama Avareth sudah keluar dari kamar menuju kamar lain. Itu pun setelah memastikan Lady Rui tidak akan masuk ke dalam kamar mereka.
"Apa kalian sedang menyembunyikan sesuatu dari ibu?" tanya Lady Rui penuh selidik pada Aivaren.
"Tidak ibu. Tidak ada apa-apa di antara kami," kilah Aivaren cepat.
"Kamu tidak sedang berbohong pada ibu kan, Aivaren?" tanya Lady Rui lagi.
Aivaren terdiam. Lady Rui menatapnya tajam dan dalam, membuat Aivaren tidak sanggup menjawab. Tatapannya memaksanya untuk Aivaren untuk berkata jujur. Bibir Aivaren bergetar, ia harus berkata jujur.
"A-aku—"
Brak!
"Mom! Astaga aku mencarimu!" suara Avareth mengejutkan mereka. Diam-diam Aivaren menghela napas lega ketika Avareth datang. Avareth datang dengan keadaan sedikit berantakan dan wajah terlihat kelelahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANITUDE
RandomConstallatres Aivaren Daniel terpaksa menggantikan sosok adiknya yang masih berusia tujuh tahun untuk dinikahkan dengan pewaris tunggal Distrik Barat, akibat dari tabiat buruk Sang Ayah yang berani berhutang pada Distrik yang dikabarkan kejam dalam...