Benar saja, kini Amanda yang baru memasuki pintu rumah sudah disambut hangat oleh Andi bersamaan dengan sabuk panjang ditangannya. Dia hanya bisa menelan ludah sambil tersenyum masam. Andai saja dia tidak menolong anak itu, mungkin sekarang Amanda sudah bermalas-malasan di dalam kamar.
"Kamu dari mana saja jam segini baru pulang"
Amanda menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam. "Rasta sedang belajar di perpustakaan. Maaf baru pulang" ucapnya dengan nada yang menciut.
"Kau kira aku percaya!!!" Bentak Andi sambil mengayunkan sabuk itu dan tepat mengenai wajah Anaknya.
Amanda langsung menutup pipinya yang terasa panas dengan telapak tangan. Dan disaat bersamaan ingatan Rasta yang kesakitan muncul di benaknya. Dimana Rasta yang sudah tak berdaya memohon untuk tidak disiksa lagi, namun orang sinting ini malah makin menjadi-jadi. Seketika emosi Amanda memuncak.
"Ya Rasta emang bohong. Rasta gak belajar" gumam Amanda tapi masih terdengar jelas di telinga Andi. "Kamu memang anak gak bisa diuntung. Hanya aib keluarga saja" seru Andi dengan tangan yang sibuk mengayunkan sabuk ke tubuh anaknya.
Amanda tak bergeming, walaupun sekujur tubuhnya terasa perih dia hanya diam dengan tatapan kosong. "Jadi ini yang dirasakan Rasta. Pantes aja dia jadi gila".
Setelah Andi selesai dengan urusannya sekarang giliran Amanda yang berbicara. "Papa sudah selesai?" Tanyanya dengan suara datar. Bahkan wajah Amanda sekarang tidak menunjukkan ekspresi sama sekali. "Kalau sudah selesai Rasta akan masuk ke dalam kamar".
Amanda berjalan tertatih-tatih menuju kamarnya yang ada di lantai atas. Tapi dipertengahan jalan dia berhenti lalu menengok kearah Andi. "Siapa juga yang mau hidup dengan orang seperti papa" ucapnya lumayan keras.
"APA!!!. ANAK SIALAN KAMU NGOMONG APA!!!" Emosi Andi meledak, dia berlari mengejar Amanda, namun sebelum itu Amanda sudah berhasil masuk kedalam kamar dan tentu saja dia juga mengunci pintunya.
"BRAK!!!... BRAKK!!! BRAKK!!!"
"DASAR ANAK TAK TAU BALAS BUDI. KELUAR KAMU CEPAT!!!" Teriak Andi dari luar, tapi Amanda tak menghiraukannya. "Gua gak segoblok itu kali".
"RISTO!!!!... RISTO!!!" Teriak Andi memanggil salah satu pelayan kepercayaan.
"Iya tuan" jawab Risto.
"AMBILKAN SAYA KUNCI KAMAR INI SECEPATNYA !!!"
Risto dengan cepat mengambil kunci kamar Rasta lalu menyerahkannya kepada Andi.
Amanda tersenyum lebar. Setelah Risto dulu memasuki kamarnya tanpa permisi dia langsung memasang dua kunci grendel disisi atas dan bawah agar kejadian serupa tak terulang lagi.
"SIAL!!!... RASTA BUKA!!!".
Amanda mengangkat kedua bahunya tak perduli. Daripada meladeni hal yang tidak penting lebih baik dia mengobati lukanya.
Amanda membuka seragamnya. Dia menghela nafas panjang ketika melihat luka lebam akibat pukulan itu sekaligus bekas luka lama yang tak bisa hilang. Amanda juga melihat pipinya yang membiru. "Tu orang lebih sakit daripada Rasta. Seharusnya dia yang dianter ke rumah sakit jiwa".
*****
"Ini sepeda kamu?" Tanya Bima dibalas anggukan oleh Ananda. Dia tersenyum simpul lalu menyerahkan sepeda itu kepada pemiliknya.
"Thanks udah mau nurunin" balas Amanda dengan senyum lebar.
Bima menganggukkan kepalanya ikut senang. "Tapi gimana sepeda kamu bisa ada di atas sana?".
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL (transmigrasi) END
Ficção AdolescenteAmanda Putri Bianka tanpa sengaja tertabrak truk saat berangkat sekolah. Naasnya dia langsung meninggal ditempat. Namun mukjizat datang, dia terbangun menjadi Rasta Kara, anak haram dari pengusaha kaya yang super terkenal. Bukannya menjadi putri y...