Chapter 2. Di perjalanan

69 7 0
                                    

"Kamu,,??!" Ucap Erick sambil tangannya menunjuk ke arah luna, ia berpura-pura terkejut, padahal dalam hatinya senang karena ternyata gadis yang memenuhi pikirannya tadi adalah teman dari sepupunya.

Sherly yang kebingungan melihat tingkah keduanya seperti sudah saling mengenal satu sama lain lantas ia bertanya

"Kalian sudah saling mengenal ?" tanyanya pada Luna dan Erick

"Tidak,,,,!!" Jawab Luna dan Erick secara bersamaan membuat keduanya salah tingkah, kemudian Luna pun mengulurkan tangannya lalu memperkenalkan dirinya berharap Sherly tidak berpikir yang aneh aneh tentang dirinya.

"Aluna" ucap Luna sambil tersenyum paksa.

"Erick Jhonson" ucap Erick seraya menyambut uluran tangan Luna sambil tersenyum begitu manis, ntahlah apa yang ia rasakan rasanya seperti sangat bahagia jika di dekat Luna

Sherly yang menyadari ada kecanggungan di antara mereka lantas segera menyuruh Luna untuk duduk dan mengajaknya mengobrol, Luna duduk menyamping sebelah kanan samping Sherly sementara Erick duduk bersama asisten pribadinya di sebelah kiri menghadap ke meja sambil memainkan ponselnya mengecek pekerjaanya lewat E-mail yang masuk meski begitu dia tetap ikut mendengarkan obrolan mereka dan sesekali melirik ke arah Luna dari obrolan mereka yang Erick dengar, ia merasa kagum dengan keberhasilan Luna di usianya yang terbilang sangat muda.

"Gadis Genius!" ucap Erick dalam hati sambil tersenyum memperhatikan Luna.

Setelah berbincang-bincang dengan Sherly yang membahas tentang pekerjaannya, bagaimana kuliahnya dan lain lain, Lunapun berpamitan untuk menemui sahabat laki-lakinya, sebenarnya dari tadi ia menyadari bahwa Erick memperhatikannya dan ia merasa risih dengan tatapan Erick yang ntahlah sulit di artikan.

"Oh ya Sher, aku kesana dulu ya?" Ucap Luna jarinya menunjuk ke arah dimana para sahabat laki-lakinya berkumpul.

"Baiklah..." ucap Sherly, pun Luna langsung pergi menghampiri para sahabatnya, di sana Luna terlihat sangat asyik sampai tertawa cekikikan ntah apa yang mereka obrolkan hingga Luna tertawa begitu lepas namun tanpa Luna sadari ada sepasang mata yang terus memperhatikannya dari jauh, ya dia adalah Erick Jhonson yang sedari tadi terus memperhatikan Luna dia merasa kesal melihat keakraban Luna dengan laki laki itu.

"Shiiitt!! breng**k !!" Ucap erick menggertakan giginya dan menggebrak meja yang ada di hadapannya

"Berani-beraninya dia asyik bercanda dengan laki-laki lain di hadapanku, lihat saja gadis kecil hukuman apa yang akan aku berikan padamu, akan aku pastikan kamu menjadi milikku se'utuhnya" ucap Erick dalam hati dengan seringaian senyum liciknya, lantas dia bangun dan pergi dari sana, sebelum pergi dia sempat memerintahkan asisten pribadinya yang bernama Aldo terlebih dulu.

"Aldo! Cari tahu siapa gadis itu dan siapa laki-laki breng**k yang bersamanya!" Perintah Erick dengan tegas.

"Baik Tuan, akan saya laksanakan" ucap Aldo sang asisten mematuhi perintah atasannya.

Sementara Sherly telah berlalu darisana sejak Erick masih duduk di tempatnya, dia menemui para tamu lain yang mengajaknya berdansa dan Sherly pun mengiyakannya, namun saat berdansa tiba-tiba ada seseorang memakai masker, berpakaian serba hitam, memberikan sebuah amplop pada Sherly. Sherly pun menerima amplop itu dan orang yang memberikan amplop itu langsung pergi begitu saja. dia mengernyitkan dahinya melihat tidak ada nama pengirim yang tertera di sana, ia yang penasaran apa isi dalam amplop itu akhirnya berlalu dari sana mencari tempat yang terang dan aman untuk membuka amplop itu, ketika amplop itu di buka isinya hanya photo-photo yang membuat dia sangat terkejut, Shock! Tubuhnya pun hampir terhuyung kebelakang saking shocknya, dadanya naik turun, nafasnya seperti tercekat di tenggorokan hingga tanpa sadar dia menjatuhkan photo-photo menjijikan antara kekasihnya bersama perempun lain itu, saat tersadar ia segera memunguti photo-photo yang tadi jatuh, dia pun berlari menuju mobilnya dan langsung mengemudikan dengan kecepatan tinggi mengarah ke Apapartment kekasihnya, tepat 30 menit berlalu mobilnya sampai di lobby Apartment, ia bergegas turun dan berlari menuju Unit Apartment milik kekasihnya namun ketika sampai di depan pintu dia berkali-kali menekan bel dan mengetuk ngetuk pintu tidak ada respon sama sekali akhirnya dia meminta petugas keamanan Apartment itu untuk meminjam kunci cadangan dan berhasil dia dapatkan walaupun awalnya pihak Apartment tidak mengijinkan tapi dengan berbagai macam alasan akhirnya pihak Apartmentpun memberikan kuncinya. Setelah mendapatkan kunci dia langsung kembali dan mencoba membuka pintunya ternyata berhasil, dia masuk memanggil-manggil kekasihnya namun tidak ada jawaban. karena dia sering kesini jadi dia sudah hapal dimana letak dan ruangannya dia langsung menuju kamar kekasihnya tepat ketika sudah berada di depan pintu kamar, dia mendengar suara desahan dari dalam, nafasnya mendadak sesak seperti tercekat di tenggorokan kakinya lemas seperti jelly, jelas dia hapal dengan suara lelaki itu tapi siapa wanita itu.

Takdir Sang Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang