Chapter 7. Penyesalan

71 3 0
                                    

"Loh kemana erick ,, kenapa dia tidak ada di sini, apa mungkin dia ke toilet ya" fikir olivia kebingungan setelah kembali dari toilet tak menemukan erick di tempatnya.

"Ini nona makanannya sudah siap, silahkan di nikmati" ucap waiters

"Oh, iya terima mbak" ucap olivia pada waiters, sang waiters hanya mengangguk tersenyum lalu pergi. Setelah waiters pergi olivia melihat jam tangannya udh lebih 10 menit erick tak juga kembali, makanannya pun belum ia sentuh sama sekali, kalau erick datang baru makan. Tapi sudah 30 menit berlalu erick tak juga kembali lantas ia mencoba menghubungi ponsel erick tapi tidak aktif, namun ia tetap setia menunggu, fikirnya erick pasti kembali tidak mungkin erick meninggalkannya begitu saja di restaurant sendirian, namun setelah 1 jam menunggu erick tak juga kembali, makananpun sudah dingin tidak enak untuk di konsumsi, akhirnya ia bertanya pada orang yang ada di sebelahnya.

"Permisi tuan, apakah anda melihat laki-laki yang bersama saya barusan?" Tanya olivia pada pengunjung restaurant di sebelah mejanya.

"Oh,, tadi saya lihat dia menyusul perempuan ke luar nona mungkin ada perlu dengan perempuan itu, karena tadi laki-laki itu berjalan terburu buru" jelas pengunjung yang ada di sebelah meja makan olivia. Olivia merasa heran karena tak biasanya erick meninggalkan dirinya demi perempuan.

"Oh, ya sudah terima kasih ya tuan" ucap olivia seraya tersenyum

"Siapa perempuan itu, apa dia begitu berarti bagimu erick sehingga kamu melupakan makan malam kita dan meninggalkan aku sendiri di sini" gumamnya dalam hati ia merasa kecewa dengan sikap erick sahabatnya, akhirnya olivia tak jadi makan, ia langsung memanggil waiters untuk membayar pesananya dan melangkah ke luar menuju mobilnya lalu pulang dengan perasaan kacau.

Ke esokan harinya,, kini luna sudah berada di kampus ia berjalan menuju kantin mencari sherly karena tidak ada di kelasnya, kemudian ia langsung melihat sherly seperti sedang melamun dengan tatapan kosong ntah apa yang di fikirkannya.

"Sher,,,,?" Panggil luna mengibas ngibaskan telapak tangannya di depan muka sherly namun tak ada respon.

"Sherly,,,!!" Panggil luna sambil memegang pundak sherly hingga sherly terlonjak kaget

"Eh Lun,, sejak kapan ada di sini?! Tanya sherly gelagapan dia tak menyadari bahwa luna sudah dari tadi di sana.

"Astaga sher,, aku dari tadi memanggil kamu tapi kamu hanya bengong, ada apa sih sher ? Bisa kamu ceritakan padaku?"

"Ah tidak apa apa kok lun hanya kefikiran soal daniel waktu itu kenapa dia tega mengkhianati kepercayaanku, apa salahku sehingga dia berbuat seperti itu" curhat sherly sambil menengadahkan kepalanya ke atas berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Sher dengar, kamu tidak salah apa apa, tapi dia yang salah telah mengkhianati orang baik seperti kamu, laki laki breng**k itu terlalu bodoh telah menyia-nyiakan ketulusan cintamu, seharusnya kamu bersyukur Tuhan sudah menunjukan siapa dia, itu artinya dia tidak pantas untukmu sher, inget kamu berharga, kamu cantik, pintar, sempurna,, masih banyak laki-laki di luar sana yang lebih baik untukmu, lupakan dia, buang semua kenangan masalalu kamu bersama dia agar kamu bisa memulai hidup baru dan menata hati kamu yang patah kembali seperti semula" ujar luna panjang lebar menyemangati sherly.

Sherly tidak bisa berkata apa apa lagi, dia merasa sangat beruntung mempunyai sahabat seperti luna akhirnya dia hanya bisa menangis, memeluk luna, menumpahkan tangisnya di pundak luna sampai baju luna basah.

"Terima kasih lun, aku tidak tahu harus berbuat apa kalau kamu tidak ada" ucap sherly pada akhirnya

"Ssssttttt sudah jangan menangis lagi, kamu harus semangat bangkit kembali dari kuburan" celoteh luna hingga membuat sherly tertawa terbahak-bahak.

Takdir Sang Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang