Chapter 9. Perasaan luna

54 4 2
                                    

Tepat 30 menit berlalu mobil luna sudah sampai rumahnya, luna langsung turun dari mobil dan berlari masuk ke kamarnya, begitu sampai di kamar luna langsung melepas high heels nya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya, ia sendiri bingung kenapa hatinya terasa sakit saat melihat erick bersama perempuan lain yang ntah siapa, karena perempuan yang tadi bersama erick membelakangi luna, jadi luna tak bisa melihat jelas siapa perempuan itu. L

"Kenapa hatiku rasanya sakit sekali saat melihat dia bersama perempuan lain" gumamnya pada diri sendiri sembari memegangi dadanya yang terasa sesak. Tanpa luna sadari sebenarnya dia sudah mulai jatuh cinta pada erick.

Bayangan Erick bersama perempuan lain terus bersemayam di pikiran luna, tiba2 Air matanya menetes begitu saja tanpa luna sadari namun ia segera menyeka air matanya lalu menarik nafas sampai akhirnya kelelahan dan tertidur.

Di sisi lain, Erick yang langsung masuk kembali menemui olivia lantas mengajak olivia langsung pulang.

"Oliv mari kita pulang, aku agak sedikit tidak enak badan" ucap erick

"Kamu kenapa ? Apa perlu aku antar ke dokter ? Tanya olivia

"Tidak perlu., aku hanya butuh istirahat kepalaku sedikit pusing" jawab erick

"Baiklah" ucap olivia, lantas mereka pun langsung berpamitan pada Tuan rumah acara itu.

Ke esokan harinya luna terbangun karena cahaya sinar matahari yang masuk melalui celah2 jendela, dia langsung menutupi mukanya dengan tangannya lantas beranjak bangun berjalan ke kamar mandi lalu bercermin.

"Aaaaahhh" teriak luna ketika melihat pantulan dirinya di cermin

"Kenapa aku jelek sekali, seperti monster yang mengerikan" tukasnya pada diri sendiri, bagaimana tidak dia bangun dengan rambut acak2 kan, mata sembab di sertai maskara hitam yang berantakan juga lipsticknya yang blepotan kemana2, pasalnya tadi malam ia terlalu banyak menangis sampai ketiduran hingga tidak sempat membersihkan dirinya.

"Gara2 tadi malam terlalu banyak menangis penampilanku jadi seperti ini, aku harus segera membersihkannya" gumamnya lantas segera melucuti pakaiannya sendiri kemudian mandi.

Setelah membersihkan dirinya luna langsung turun untuk sarapan bersama kedua orang tuanya, sempat di tanya kenapa tadi malam buru2 pulang luna hanya menjawab kelelahan saja, orangtuanya pun tak terlalu banyak bicara hanya menasehati luna saja, lantas luna berpamitan pergi ke butiknya untuk mengerjakan pekerjaannya.

Kini luna sudah berada di butiknya namun luna terkejut melihat erick yang tiba2 sudah berada di depan butiknya tengah berdiri bersandar pada pintu mobilnya.

"Luna ,,??" Panggil erick menghampiri luna namun luna mengabaikan panggilan erick dan berjalan masuk ke butiknya tapi erick langsung mencekal tangan luna, menariknya ke dalam pelukannya lantas mencium pucuk kepala luna.

"Luna dengarkan aku, apa yang kamu lihat tadi malam itu salah paham, aku datang bersama sahabat kecilku" ucap erick

"Terserah, aku tidak peduli mau kamu pergi bersama sahabatmu atau kekasihmu pun aku tidak peduli, lepaskan aku" ucap luna meronta meminta di lepaskan namun erick tidak menghiraukannya.

"Kalau kamu tidak peduli lantas kenapa kamu menghindariku,,?" Tanya erick yang membuat luna gelagapan

"Aumm itu,,, itu karena aku tidak mau berurusan denganmu lagi !" Tukas luna

"Jangan membohongi dirimu sendiri luna, aku tahu kamu cemburu, aku tahu kamu juga memiliki perasaan padaku" ucap erick sembari menatap luna lekat.

"Jangan terlalu pede tuan erick yang terhormat aku tak memiliki perasa..." ucapan luna terputus karena erick menciumnya, luna yang kaget mendapat serangan tiba2 ingin mendorong tubuh erick namun sia2 karena erick terus mencium dan melumat bibir luna dengan lembut, luna sempat memberontak namun lambat laun mulai terbuai dengan ciuman lembut erick hingga tanpa sadar membalas ciuman erick.

Takdir Sang Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang