24. Orlaith's reason

49.5K 6.4K 221
                                    

Jangan lupa vote dan komen 😚

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙

♾♾♾

John menghampiri Jenderal Eros yang saat ini berada di teras sedang menyesap kopi. "Selamat pagi, Jenderal."

"Ada yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya Eros.

"Saya ingin meminta ijin ke tempat pengungsian, Jenderal."

Eros menaikkan pandangannya, "Ke pengungsingan? Ada kepentingan apa kesana?"

"Putri Orlaith memberi perintah pada saya untuk memberikan mainan dan snack untuk anak-anak yang berada di pengungsian. Hari ini barang tiba dari Farasta. Saya harus mengurusnya, Jenderal."

"Diijinkan."

"Baik. Saya permisi." Pamit John seraya menekuk leher demi kesopanan.

Sosok Orlaith terlihat usai membersihkan diri, masih mengenakan bathrobes serta handuk yang melilit kepalanya. Ia dalam posisi merebah di atas ranjang, perhatiannya sedang terpusat pada ponsel yang berada dihadapan wajahnya. Orlaith, Olivia dan Olaf sedang melakukan panggilan video.

"Orlaith yang malang, wajahmu jadi ternoda. Tapi tenang, kau masih cantik." Ucap Olaf setelah Orlaith menceritakan alergi yang di alaminya.

"Ada lagi yang ingin aku ceritakan pada kalian."

"Katakan." Ucap Olivia.

"Tentang Eros. Jantungku selalu berdebar saat dekat dengannya." Jika wanita lain, mungkin wajahnya akan berbinar saat berkata demikian. Tidak untuk Orlaith, wanita itu justru menghela napas sangat panjang.

"Mampus kau, Orlaith! Itu tandanya kau jatuh cinta!" Kekeh Olaf menyahutinya.

"Tidak ada yang salah dengan yang namanya cinta. Hilangkan kewaspadaanmu itu. Tidak semua pria seperti papamu." Olivia memberikan nasehat.

"Semua pria sama saja! Pria tidak bisa menjaga pandangan mereka, meskipun sang pria sedang jalan bersama pasangannya. Mata mereka berubah hijau ketika melihat wanita cantik. Tidak ada pria yang benar-benar setia. Tidak ada pria yang hanya cukup dengan satu wanita, mereka butuh selingan saat mereka bosan dengan pasangannya. Apalagi jika dihadapkan dengan pelakor yang penuh tipu daya, penuh kepiawaian dalam menjerat mangsanya. Pria itu ibarat kucing, pelakor itu ibarat ikan asin. Ungkapan itu menggambarkan bahwa pria mau saja untuk melakukan tindak asusila menjorok kearah seksual jika si perempuan dianggap dengan sengaja atau tanpa sengaja menggodanya." Setelah ucapan panjang lebarnya, Orlaith meraih gelas di atas nakas lalu mememinumnya.

"Orlaith, kau membuat bulu ketiakku bergidik! Jangan bicara seperti itu, aku jadi takut Noel digoda pelakor." Gerutu Olaf.

Orlaith membekap mulut agar tawanya tidak pecah. Olivia tertawa renyah. "Ketiakmu tidak berbulu, bodoh!" Seloroh Olivia.

"Kembali ke mode serius." Ujar Olivia setelah tawanya mereda.

"Aku membenarkan perkataanmu tentang 'pria tidak dapat menjaga pandangannya ketika melihat wanita cantik, sekalipun sedang bersama pasangannya'. Jika seorang pria memperhatikan wanita lain, alasannya utamanya adalah karena mereka melihat, bukan berarti tertarik ataupun memiliki kecenderungan untuk suka dengan wanita itu. Pria akan melihat wanita yang menarik. Entah karena kecantikan atau penampilannya. Secara genetik, pria memang mudah memperhatikan wanita lain. Jadi jangan terlalu berlebihan. Jika kau sedang bersama Eros, lalu Eros melirik wanita lain, pukul saja kepalanya. Jika tidak, tutup saja matanya dan suruh buka saat kalian berduaan dikamar." Kekeh Olivia saat memberikan saran.

The General's RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang