Sepucuk Surat Undangan (Artha)

19 8 2
                                    

Malam itu kau datang, senyum manis khas dirimu terlukis indah menghancurkan pertahananku. Aku teramat bahagia, memelukmu erat dengan air mata membanjiri pipiku. Segala rasa terkumpul menjadi satu memporak-porandakan pikiran dan hati ini.

Bertahun-tahun lamanya tanpa kabar, tanpa pesan, tanpa jejak. Aku termenung disetiap saat menantikan kedatanganmu tanpa kejelasan. Status kita yang masih sepasang kekasih membuatku berharap lebih. Aku menutup hatiku untuk orang lain. Bahkan aku menolak mentah-mentah lamaran anak kepala desa yang sudah sangat baik dengan keluargaku. Hanya sekedar berharap kau datang meminangku saat kau sudah jadi orang diperantauan.

Saat itu aku yakin kau datang meminangku. Namun, persepsiku salah, penantianku bertahun-tahun lamanya sia-sia, segala rasa dan pikiran terukir namamu hanya sebuah kebodohan belaka. Beribu pertanyaan memenuhi kepalaku terjawab sudah. Kristal bening tak mampu terbendung, hatiku terkoyak menatap nanar sepucuk undangan pernikahan bersampul biru muda. Yang pasti hanya sebuah undangan bukan lebih.

TAMAT

✽✾~✽✾~✽✾~✽✾~✽✾~✽✾~✽✾~✽✾~✽✾~

Bionarasi Penulis

Arthania Piolenta Sinurat lahir di Tembilahan, 11 September 2003. Nama panggilan kesehariannya Artha dan nama penanya Sartalenta. Ia berdomisili di Indragiri Hilir, Riau. Pendidikan formal yang pernah di tempuh Artha yaitu SDN 020 Tembilahan, SMPN 1 Tembilahan, dan melanjutkan ke SMAN 1 Tembilahan. Memiliki hobi membaca, menulis, mendengarkan musik, berkhayal, dan lain-lain. Artha punya Moto yaitu "Terus berkarya selagi bisa."

Event DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang