Musuh Bebuyutan

109 15 0
                                    

Aku mengikuti ke arah mana Ziano memandang dengan sedikit candaan yang kuciptakan agar tak sepi-sepi amat antara aku dengan Ziano. 

Dan seketika senyumku memudar ketika guru Ziano yang berada di depan sana melemparkan hinaan tentang Ziano. "Hey kamu perempuan yang duduk di samping Ziano ngapain mau duduk di samping orang cacat!" seru guru Ziano dengan lantang membuat seluruh orang menolehkan kepala menghadap kami termasuk orang-orang kelasku. 

Aku menatap guru Ziano dengan tatapan tak percaya, bagaimana bisa dia seorang guru menghina muridnya? Menjijikan. 

Bertepatan dengan itu bola basket menggelinding menuju kakiku, aku mengalihkan pandanganku ke arah bola basket itu seketika senyum licikku mengembang. Guru sialan. 

Aku berdiri dari dudukku sembari menatap tajam guru tadi. "Terserah gue dong mau duduk di mana." jawabku santai dengan suara tak kalah lantang agar itu guru yang ada di depan sana mendengarnya. 

Kulihat Ziano menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, "Jangan Key." ucap Ziano berbisik sembari menarik-naik lenganku. 

Tidak kuhiraukan perkataan Ziano, maaf Zi untuk kali ini tidak kudengarkan perkataanmu. 

Aku membungkuk untuk mengambil bola basket yang masih berada di kakiku, aku melempar bola basket tersebut ke atas lalu menangkapnya kembali ketika jatuh ke bawah. 

Haura berdiri di sampingku. "Jangan gila Key." ucap Haura pelan seolah tau apa yang akan kulakukan selanjutnya.  

"Ra, itu guru kurang ajar. Orang kurang ajar harus di kasih pelajaran kan?" jawabku datar. 

"Cih, orang cacat kayak dia tuh gak usah di temani buang-buang waktu aja pasti repot berteman sama dia." lanjut guru tadi dengan nada menjijikan oh masih lanjut rupanya. 

Bola basket tadi kulempar dan terlempar tepat sasaran mengenai wajah guru tadi. Kudengar riuh orang-orang teriak karena aksiku tadi bahkan Ziano sendiri. "Berteman dengan orang gila lebih merepotkan." sarkasku. 

Guru tadi menatapku dengan tatapan marah dia berjalan mendekatiku. "Murid kurang ajar!" serunya masih berjalan mendekatiku. 

"Anak kayak kamu harus di DO dari Academy ini." dia marah-marah tepat dihadapan wajahku. 

Aku menatapnya berani, "Tidakkah anda berkaca?" ucapku santai. 

Ziano langsung menarikku mundur. "Maaf Mister." 

"Ajarin tuh teman kamu sopan santun."

"Iya maaf Mister." Ziano menjawab dengan kepala tertunduk ke bawah. 

Aku menatap Ziano heran, kenapa Ziano meminta maaf untuk hal yang bukan salahnya. 

Guru tadi menunjukku menggunakan jari telujuknya. "Awas kamu." lalu guru tadi pergi dari hadapanku entah menuju mana. 

Ziano menatapku dingin. "Ikut aku." lalu Ziano pergi dari lapangan yang kuikuti dengan langkah gontai dari belakang, aku tidak merasa bersalah sedikitpun karena menurutku apa yang kulakukan tadi sudah benar.

Ziano membawaku ke belakang sekolah yang tidak ada orang karena Ziano menghentikan laju kursi rodanya membuatku juga ikutan berhenti. 

Ziano memutar kursi rodanya ke arahku, tatapannya dingin, tajam, menakutkan pokoknya. "Kamu tau apa yang sudah kamu lakukan Key?" katanya membuka percakapan setelah hening beberapa saat. 

Aku tau. "Tau." 

"Dan kamu yakin itu benar?" 

"Zi pleasee, dia menghina kamu dan kamu diam aja?" ucapku dengan kening berkerut hingga beberapa saat Ziano tidak menjawab perkataanku. "Ok kalau kamu diam saja maka biarkan aku yang melawan orang-orang yang menghina kamu." 

My Poison || Jake Enhypen (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang